Berawal sekitar abad 16 masehi, seorang Resi yang bernama Pandunata mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Indang Larasakti, mendirikan sebuah pedukuhan disebelah utara kaki gunung Ciremai yang diberi nama Padukuhan Banjarmelati. Kata “Banjar” yang berarti pekarangan dan “Melati” berarti bunga putih yang harum baunya. Jadi Banjarmelati artinya sebuah pekarangan atau pemukiman yang bersih dan menyenangkan. Padukuhan Banjarmelati berada dibawah kekuasaan kerajaan galuh (kawali) yang berafiliasi dengan pakuan pajajaran.
Resi Pandunata kemudian menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada putrinya yang bernama Nyi Mas Indang Larasakti, pada masa kekuasaan Nyi Mas Indang Larasakti, padukuhan Banjarmelati kedatangan utusan dari Kesultanan Cirebon yang dipimpin oleh Ki Sura yang membawa perintah untuk menyebarkan agama islam. Hal ini sudah diprediksi oleh Resi Pandunata dan menyarankan kepada Nyi Mas Indang Larasakti agar nantinya dapat menerima dengan baik atas kedatangan utusan dari Kesultanan Cirebon.
Dengan kedatangan Ki Sura dan pasukannya dipadukuhan Banjarmelati membawa perubahan yang amat pesat, sehingga pedukuhan atau perkampungan Banjarmelati menjadi ramai dan menyenangkan dengan suasana yang terang benderang. Karena itulah nama Banjarmelati diganti menjadi Banjarpatoman, yang berarti pekarangan atau pemukiman yang bercahaya.
Pada tahun 1629 M, pasukan tentara Sultan Agung yang dipimpin oleh Ki Padmanegara dan Suryalaga, yang mengalami kegagalan dalam melancaran serangannya terhadap VOC dalam perjalan pulangnya ke Mataram mereka singgah untuk beristirahat di Banjarpatoman, karena suasana perkampungan Banjarpatoman yang ramai dan menyenangkan sehingga mereka nyaman dan kerasan tinggal di Banjarpatoman dan sebagian besar dari mereka memutuskan untuk tetap tinggal di Banjarpatoman. Hal ini kemudian diketahui oleh Sultan Cirebon dan menaruh perhatian besar terhadap pasukan dari Jawa ini karena menganggap mereka adalah pejuang.
Kehadiran tentara Sultan Agung di Banjarpatoman merupakan peristiwa bersejarah yang perlu dikenang. Karena itulah Sultan Cirebon tempat ini diberi nama Sindangjawa. Kata “Sindang” yang berati singgah dan “Jawa” berasal dari orang jawa (Mataram). Jadi Sindangjawa berarti singgahnya orang-orang Jawa. Sejak itulah nama Banjarpatoman dilupakan dan orang sering menyebut dengan nama Sindangjawa.
Dalam upaya memajukan perekonomian dan pemerataan pembangunan, pada tanggal 03 Maret 1984 desa Sindangjawa dimekarkan menjadi 2 (dua) desa yaitu desa induk bernama Sindangjawa dan desa pemekaran yang berada disebelah barat diberinama Sindangmekar.
Kepemimpinan desa Sindangjawa dari masa ke masa silih berganti. Adapun nama-nama Kuwu yang pernah menjabat di Desa Sindangjawa diantaranya :
Ki Gede Kasep Sabale
Aris
Kasran
Tayiman
Nata
Mad
Arni
Braini
Kasdani : periode 1887 – 1902
Ibrahim : periode 1902 – 1912
Ardi Singawinata : periode 1912 – 1920
Sinta Kamal : periode 1922 – 1924
Raksawinata : periode 1924 – 1956
Masduri : periode 1956 – 1980
Kasim : periode 1981 – 1990
Kaer : periode 1990 – 1998
Suma S. Mukarab : periode 2001 – 2011
H.E. Kasturi : Periode 2011 – sekarang
No comments:
Post a Comment