17 Jun 2016

SEJARAH DESA KARANG MEKAR,KARANG SEMBUNG - CIREBON



Asal Cerita Rakyat Desa Karangmekar,Kecamatan Karangsembung,Kabupaten Cirebon
Asal dari Desa Kubangkarang dan terwujud dari Desa Kubangkelor dan Desa Karangsembung Wetan.

Pada masa zaman Wali Sanga,Syeh Syarif Hidayatullah,Sultan Gunung Jati Cirebon,sebagai Imam Wali dan sebagai Penasihat Wali ialah Pangeran Cakra Buana alias Embah Kuwu Sangkan alias Embah Kuwu Cirebon.


Kisah pada suatu ketika di Keraton Cirebon sedang mengadakan musayawarah yang di hadiri oleh Sultan Kalijaga,para Pangeran Cirebon dan hadiri pula oleh Embah Kuwu Cirebon,dalam musyawarah tersebut sedang memperbincangkan rencana untuk mmembuat suatu kampung/desa/pedukuhan yang akan diberi Gebang Kinatar.

Didalam musyawarah mendapat keputusan bahwa Emah Kuwu Cirebon untuk di tugaskan mencari tempat kesebelah timur  yang ditemani oleh gadeknya yakni Embah Berai,adapun Sultan Cirebon dan Sunan Kalijaga,serta para Pinangeran ke daerah Lurah Agung Kuningan.

Keberangkatan Embah Kuwu Cirebon Girang yang disertai Embah Berai sambil menunggangi JaranArbapuspa /Kuda  Sembrani menuju kearah timur,dikarenakan keadaan masih hutan belantara maka dalam penelitian sangat hati-hati sebab untuk dijadikan suatu Pedukuhan/desa,dalam perjalanan Embah Kuwu Cirebon dan Embah Berai sampailah di suatu tempat,beliau melihat suatu Cahaya yang sangat menarik perhatian,setelah di telusuri terdapat dataran yang resik dan ada sebuah Kubang/Balong,kemudian Embah Kuwu Cirebon bersemedi,agar kelak di hari kemudian akan menjadi desa yang Aman Tentrem Loh Jinawi Kerto Raharjo,kaya orang rerawat miskin Ora Gegolet [Hidup Sederhana] setelah mendapatkan Rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa,Embah Kuwu dengan memandang yang jauh meyakinkan,bahwa tempat ini bisa dijadikan Pedukuhan/Desa,kemudian untuk tanda bukti dan ciri,Embah Kuwu Cirebon menancapkan Tongkat disebelah barat Kubangan dan Embah Kuwu bersama Embah Berai dengan menunggang Kuda/Jaran tersebut menuju Lurah Agung Kuningan dimana para Wali dan Pangeran menunggunya,kemudian Embah Kuwu Cirebon melaporkan hasil kerjanya kepada Sultan Cirebon,sambil menunjuk kearah utara dengan berbahasa jawa,KUH BANG ELOR ANA TEMPAT KANG BAGUS LAN RESIK KANGGO DI DAIAKEN PENDUKUHAN/DESA LAN WIS DI UPAI CIRI/tanda sebelah Kulon Kubang wis ditancepi tongkat.

Yang akhirnya di dalam musyawarah Sultan Cirebon tertarik dengan kalimat/pembicaraan Embah Kuwu Cirebon,maka minta persetujuan bahwa penduduk/Desa diberi nama''KUBANGKELOR'' mengambil kalimat dari KUH EBANG DINGIN KERSANING MAHA SUCI para wali dan para pinangeran sangat menyetujuinya untuk untuk diberi nama''KUBANGKELOR''.

Menurut cerita bahwa Tongkat Embah Kuwu Cirebon yang di tancapkan kersaning Yang Maha Kuasa lan Pemurah menjadi sebatang Pohon Gebang.

Yang selanjutnya di musayawarahkan untuk membuat pedukuhan/desa yang pantas untuk memeliharanya,akhirnya hasil musyawarah diserahkan kepada ke 4 orang anaknya Embah Kuwu Cirebon dengan nama masing-masing :

1.Sang Ratu Imas Geulis Anom
2.Pangeran Guru Maya,yang ditempatkan disebelah Girang dan Kawentar Hulu Dayeuh.
3.Pangeran Gegesang/Pangeran Maya Giri/Pangeran Panuhunan yang ditempatkan ditengah dayeuh.
4.Pangeran Sang Hyang Rancasan yang di sebut juga Pangeran Giri Laya[Pangeran Seberang Lautan]
   yang di tempatkan sebelah utara dengan Kawentar Birit Dayeuh.

Dalam melaksanakan membuat desa tersebut Empat bersaudara sangat bersatu bahu membahu dan dibantu oleh Masyarakat yang berdatangan berasal dari daerah Pasundan.Di dalam keputusan musyawarah seminggu sekali setiap hari Selasa di adakan musyawarah yang selalu dihadiri Embah Kuwu Cirebon Girang dan tidak ketinggalan dihadiri oleh Embah Berai yang selalu menunggangi Jaran Se,brani,dan di sebelah barat pohon Gebang di buat Istal/tempat Kuda dan sering di sebut dengan Blok erbang/Pagebangan[sebelah Timur menjadi Balai Desa sekarang] setelah menjadi Desa Kubangkelor  keadaan menjadi aman tentram kerta raharja banyak masyarakat berdatangan dari daerah Kuningan untuk menjadi warga Desa Kubangkelor.

Dengan singkat cerita setelah Wafatnya ke Empat Bersaudara yang dikebumikan di masing-masing tempatnya,selanjutnya dalam melanjutkan pemeliharaan Desa dilanjutkan oleh keturunannya.

Terlisah yang melanjutkan mengurus Desa Kubangkelor adalah Embah Buyut Warsi/Embah Buyut Gembeng,yang mempunyai dua anak laki-laki yang pertama Ki Buyut Bekong dan ditempatkan sebelah Selatan Laut sekarang Desa Ender,dan yang ke dua Ki Buyut Winangun yang ditempatkan di sebelah Selatan Jalan laut yang sekarang Desa Pangenan pada waktu itu sebagai Cantilan Desa Kubangkelor.

Kehidupan dan penghidupan masyarakat Desa Kubangkelor kebanyakan para petani yang di pimpin langsung oleh Embah Buyut Warsi/Embah Gembeng.

Terkisah sewaktu musim menanam Padi dan kebetulan saluran pengairannya bersatu dengan Tanah Sawah Desa Karangmalang sedangkan pesawahan rakyat Kubangkelor,yang berada di sebelah Utara yang sekarang Blok Putat.Rakyat Tani Desa Kubangkelor setiap mengairi sawahnya selalu diganggu oleh Ki Buyut Jasmiran/Buyut Karangmalang,sedangkan Ki Buyut Jasmiran tidak pernah mencari air ke girang yang akhirnya oleh masyarakat di laporkan kepada KiBuyut Warsi/Buyut Gembeng oleh karena rasa tanggung jawab kepada masyarakat demi kemajuan pertanian yang akhirnya Buyut Warsi turun tangan dan diperintahkan kepada para petani supaya mengairi sawahnya dan akan diawasi oleh Buyut Warsi,ternyata kketika rakyat Tani sedang mengairi sawahnya,maka oleh Ki Buyut Jasmiran saluran air kejurusan Blok Putat di tambaknya rapat-rapat dan airnya di alirkan semuanya ke tanah Desa Karangmalang setelah di ketahui atas perbuatannya Ki Buyut Jasmiran tersebut maka oleh Ki Buyut Warsi yang akhirnya terjadilah perkelahian antara ki Buyut Jasmiran dan Ki Buyut Warsi dikarenakan Ki Buyut Jasmiran tidak mengakui atas perbuatannya,pertarungan/perkelahian terjadi selama 7 hari 7 malam masing-masing mempunyai kekuatan kesaktian,kekuatan Ki Buyut Jasmiran betul-betul kuat totosan bojana,kulit tidak mempan dengan segala perkakas,adapun kekuatan Ki Buyut Warsi/Gembeng mempunyai ilmu Banyu Sakti,apabila terkena sabetan Golok/Pedang bila terkena mengeper atau lunak seperti kena benda Karet dengan kelihatan Ki Buyut Warsi setiap memukul/menyabetkan Pedang/Goloknya selalu satu tempat saja,dengan pemikiran sekalipun bagaimana kuatnya kalau di sabet satu tempat pasti hancur,maka ternyata Buyut Jasmiran menyerah kepada Ki Buyut Warsi/Gembeng,yang akhirnya Ki Buyut Jasmiran mengeluarkan kata-kata kepada anak cucunya/kepada rakyat Karangmalang jangan kamu berani kepada rakyat Desa Kubangkelor dan beliau terus permisi pulang setelah memberikan amanat,Ki Buyut Jasmiran tidak pulang ke rumahnya tapi terus berdiam di Gubugnya di sebelah Utara Karangmalang sampai pada Wafatnya dan sampai sekarang dinamakan Blok Jasmiran adapun Ki Buyut Warsi terus pulang kerumahnya yang berada di Blok Tengah Dayeuh/Blok Keramat sampai Wafat.

-Terkisah entah Kuwu ke berapa Kuwu Kubangkelor namanya Bapak Pasmen sampai tahun 1902

-Pada tahun 1914 Desa Karangsembung tidak dapat melunasi Pajak maka oleh Pemerintah Daerah di
 Mekarkan di bagi menjadi dua Desa sebelah Barat nama Desa Karangsembung Kulon dan sebelah Timur
 Desa Karangsembung Wetan yang menjabat bapak Ijang yang melunasi pajak waktu itu Desa Kubangkelor

Pada tahun 1918 di adakan pemilihan Kuwu Desa Karangsembung Wetan dan terpilihlah Bapak Ahmad Bodong,dan diberhentikan tidak hormat dikarenakan melanggar administrasi,kemudian oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon di tawarkan kepada Kuwu Karangtengah untuk menyelesaikan administrasi Desa Karangsembung Wetan akan tetapi tidak bersedia dan oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon di tawarkan kepada Desa Kubangkelor pada waktu itu Kuwunya bapak Natawijaya dan sanggup bersedia untuk menyelesaikan administrasi.Tahun 1920,Kuwu Natawijaya mengadakan musyawarah yang disaksikan oleh Kecamatan dan Kabupaten untuk menyatukan Dua Desa yaitu Desa Kubangkelor dengan Karangsembung Wetan diambil Kubang dan Desa Karangsembung Wetan diambil Karang dijadikan satu Desa menjadi Desa Kubangkarang,bapak Kuwu Natawijaya sampai tahun 1928 sebagai Kuwu.
Terus berganti Kuwu :

-Bapak Kuwu Durgi tahun 1928-1932
-Bapak Kuwu Sutawijaya tahun 1932-1941
-Bapak Kuwu Emon tahun1941-1945
-Bapak Kuwu Saptari tahun 1945-1947

Dalam tahun 1947 masa kedaulatan rakyat yang menjabat Kuwu adalah Bapak Abdurahman jabatan Jurutulis.

Dalam tahun 1947 Agresi Belanda kembali menjajah Indonesia,semuanya para aparat Pemerintahan Desa Kubangkarang Angkatan 1945 meninggalkan Desa dan turut serta berjuang dengan Tentara Keamanan Rakyat[TKR].

Pemerintahan Desa kembali dipimpin oleh Bapak Saptari,Perangkat Desa dalam tahun 1948 seorang Pejuang yang melawan Belanda brnama Bapak Jarsa setelah tertembak sehingga mati oleh pasukan patroli Serdadu Belanda,sewaktu sedang melakukan  ke Desa Kubangkarang.

Dalam tahun 1949 Pemerintah Kedaulatan Rakyat kembali merdeka,Pemerintah Belanda kembali kenegerinya dan Pemerintahan Desa Kubangkarang kosong pada saat itu,atas kebijakan Bapak Bupati Cirebon,menunjuk Bapak Abdurahman menjabat kembali untuk menyelesaikan administrasi Desa dan menyusun aparat Pemerintahan Desa,masyarakat desa mendukung pencalonan Kuwu tetapi Bapak Abdurahman tidak mau dicalonkan untuk menjadi Kuwu.

Pada tahun 1950 mengadakan pemilihan Kuwu desa Kubangkarang yang terpilih Bapak Kusba sampai tahun 1967,pada tahun 1967 mengadakan pemilihan Kuwu Desa Kubangkarang calonnya ada Tiga yaitu Bapak Kusba,Bapak Taryan,Bapak Warja,antara Bapak Kusba dan Bapak Taryan menang tipis beda satu saja yang dimenangkan oleh Bapak Taryan dari ABRI yaitu anggota CPM Cirebon.

Pada intinya : desa Karangmekar adalah Pamekaran Desa Kubangkarang
Batas dan Luas Wilayah
Desa Karangmekar,Kec.Karangsembung Kab.Cirebon
A.Luas Wilayah desa232.914 Ha/Km
B.Batas Wilayah
- Sebelah Utara : Desa Japura Kidul
- Sebelah Selatan : Desa Kubangkarang
- Sebelah Barat : Desa Sarajaya
- Sebelah Timur : Desa Karangmalang

Demikian kiranya bila ada kurang lebihnya mohon ma'af dan kami berharap untuk masyarakat Kubangkelor/Karangmekar patut bangga ternyata menurut sejarah Desa Kubangkelor adalah termasuk Desa yang menyimpan sejarah para leluhurnya yakni Prabu Kiansantang alias Embah Kuwu Cirebon Girang alias Eyang Cakrabuana alias Embah Kuwu Sangkan dan ditempati oleh keturunannya Para Pangeran Cirebon,harapan kami sebagai anak cucu dan keturunan jangan melupakan jasa beliau untuk senantiasa mengirimi do'a sebagai rasa penghormatan dan tali silaturahim baik dunia maupun talisilaturahim akhirat kang arane kirim Do'a. semoga Desa yang kita cintai mendapatkan Rhido Allah menjadi Desa kang Makmur seperti pada zaman para leluhur kita terdahulu.Amin

Sumber :  http://iklanwejangan.blogspot.com

No comments:

Post a Comment