16 Jun 2016

Silsilah Sunan Gunung Jati

Dalam Naskah-naskah Tradisi Cirebon

 1. Pendahuluan
Sossok Sunan Gunung Jati (SGJ) sampai kini masih diperdebatkan.  Sebagian menganggap bahwa SGJ identik dengan tokoh Fatahillah yang berasal dari Pasai, namun sebagian lagi menganggap sebagai dua tokoh yang berbeda; SGJ adalah Syarif Hidayatullah berasal dari Cirebon sementara Fatahillah berasal dari Pasai.  Untuk mengungkap sosok SGJ bisa dilacak dari informasi mengenai SGJ.  Adapun salah satu informasi yang cukup menarik tentang silsilah SGJ ini berasal dari naskah-naskah dalam tradisi Cirebon.


Silsilah SGJ dalam tradisi tulis dan lisan Cirebon ada yang dihubung-hubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan dan para nabi melalui dua grais, yakni garis kiwa diturunkan dari garis ibu yang biasanya dikaitkan dengan tokoh-tokoh pewayangan dan garis tengen diturunkan dari garis ayah yang biasanya dihubungkan dengan para nabi.  Garis hubungan seperti ini terdapat dalam Carub Kanda (CK) koleksi Salana (Pupuh Kedua/Dangdanggula bait kedua sampai kesembilan).  Nukilan Sedjarah Tjirebon Asli (NSCA) karangan Pangeran Suleman Sulendraningrat yang diterbitkan tahun 1968 dan 1972, naskah siaran kebudayaan pada Radio Leo Cirebon yang disusun oleh Marsita dan tulisan Masduki Sarpin pada Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon tanggal 11 September 1990 dengan judul Siapakah Sunan Gunung Jati?

Sunan Gunung Jati
 2 Silsilah SGJ Berdasarkan Naskah-Naskah Tradisi Cirebon
Berdasarkan CK, silsilah SGJ dari garis ibu adalah sebagai berikut:
Nabi Adam berputra
Yang Widi Nurut, berputra
Yang Widi Syukur, berputra
Yang Widi Nubut, berputra
Jalalu Purba, berputra
Yang Nakiru, berputra
Yang Luhur, berputra
Marija, berputra
Sira Sesunu, berputra
Yang Marijatha Widi, berputra
Bethara Anyalunyu, berputra
Manon Mayasa, berputra
Sambrana Aji, berputra
Begawan Sakutren, berputra
Sang Sakri Daraningrat, berputra
Palasara, berputra
Abiyasa, berputra
Pandu Dewanata, berputra
Dipati Arjuna, berputra
Wara Bimanyu, berputra
Parikesit, berputra
Maharaja Udayana berputra,
Prabu Sri Gendrayana, berputra
Sri Jaya Naya, berputra
Prabu Jaya Mijaya, berputra
Jaya Misesa, berputra
Kusuma Wicitra, berputra
Citrasoma, berputra
Anglingdriya, berputra
Sang Prabu Selacala, berputra
Sang Katung Mahapunggung, berputra
Kendiawan alias Resi Kenduyuhan, berputra
Lembu Mijaya alias Panji Rawis alias Prabu Lelehan, berputra
Ciung Wenara, berputra
Prabu Linggahiyang Sakti, berputra
Prabu Linggawesi, berputra
Prabu Wastu, berputra
Prabu Susuktunggal, berputra
Munding Kawati, berputra
Prabu Siliwangi, berputra Walangsungsang, Rarasantang dan Raja Sengara.
Pada NSCA (Sulendraningrat, 1968:34-35) tertulis sebagai berikut:
Nabi Adam a.s.
Nabi Sis a.s.
Sayyid Anwar alias Nuruhu alias Sanghyang Nurcahya
Sanghyang Nurasa alias Su’ur
Sanghyang Wenang alias Nubuh,
Sanghyang Tunggal Sri Mahapunggung alias Jalalu Purba
Batara Guru alias Manyikeru, beristana di Gunung Tengguru Himalaya, India
Betara Brama alias Maridj
Bramani Raras
Yang Tritusta
Bagawan Manomanasa
Bagawan Sambarana
Bagawan Sukrem
Bagawan Sakri
Palasara
Bagawan Abiyasa
Pandudewanata
Arjuna alias Dipati Suryalaga
Abimanyu alias Anom Permadi
Parikesit alias Purbasengara
Aji Hudayana
Agendrayana
Setrayana (Prabu Jayabaya)
Jayamijaya Gung
Jayamisena
Prabu Kusumawicitra
Prabu Citrasoma
Prabu Pancadria Linuwih
Prabu Anglingdriya
Raja Selacaya Anglingdarma
Yang Sri Mahapunggung Akhir
Prabu Kendihawan (Dewa Natacengkar)
Resi Kenduyuhan
Lembu Amiluhur
Rawisrangga
Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
Prabu Ciung Wanara
Prabu Dewi Purbasari
Prabu Lingga Hyang
Prabu Lingga Wesi
Prabu Wastu Kencana
Prabu Susuk Tunggal
Prabu Banyak Larang
Prabu Banyak Wangi
Prabu Mundingkawati
Prabu Anggalarang
Prabu Siliwangi
Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah.

Adapun dari garis ibu yang tidak dihubungkan dengan tokoh pewayangan terdapat dalam Sulendraningrat (1976:52-54) sebagai berikut:
Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
Prabu Ciung Wanara
Prabu Dewi Purbasari
Prabu Lingga Hyang
Prabu Lingga Wesi
Prabu Wastu Kencana
Prabu Susuk Tunggal
Prabu Banyak Larang
Prabu Banyak Wangi
Prabu Mundingkawati
Prabu Anggalarang
Prabu Siliwangi
Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah.

Marsita menulis silsilah SGJ untuk siaran kebudayaan pada Radio Leo Cirebon sebagai berikut:
Nabi Adam a.s
Nabi Sis beristri Dewi Jelajah, berputra
Sayid Anwar alias Nuruhu atau Sanghyang Nurcahya beristri Dewi Nurini, berputra
Su’ur alias Sanghyang Nurasa beristri Dewi Ranatika, berputra
Nubuh alias sanghyang Wenang beristri Ratna Sayuti, berputra
Jalalu Purba alias Sanghyang Tunggal atau Sri Mahapunggung awal beristri Dewi Rekatawati, berputra
Manyikeru alias Betara Guru atau Sanghyang Manik Maya (Iwang Pramesti Dewa Guru), berputra
Maridz alias Betara Brahma beristri Sauti, berputra
Naibramani atau Brahmani raras beristri Dewi Rarasati, berputra
Hyang Tritusta beristri ratna Diwati, berputra
Begawan Manomayasa beristri Dewi ratnawati, berputra
Begawan Sambarana, berputra
Begawan Suktrem (Sakutrem) beristri Ratna Nilawati, berputra
Bagawan Sakri berisi Dewi Sakti (Dewi Adresyanti), berputra
Bagawan Palasara beristri Dewi Durgandini berputra
Bagawan Abiyasa (Krena Dwipayana) beristri Dewi Ambika, berputra
Pandudewanata beristri Kunti Nalibrata, berputra
Janaka (Arjuna, Dipati Suryalaga, Permadi, Dananjaya) beristri Mayangarum Sari, berputra
Anom Permadi (Abimanyu, Angkawijaya)beristri Dewi Utari, berputra
Purbasengara (Parikesit, Prabu Lare) beristri Dewi Tapen, berputra
Aji Hudayana beristri Gendrawati Patuama, berputra
Agendrayana beristri Patmawati, berputra
Setyana (Prabu Jayabaya) beristri Dewi Sara, berputra
Jayamijaya Gung, berputra
Jayamisena, berputra
Prabu Kusumawicitra, berputra
Prabu Citrasoma, berputra
Prabu Pancadria Linuwih, berputra
Prabu Anglingdriya, berputra
Raja Selacaya (Angling Darma), berputra
Prabu Hyang Sri Mahapunggung (Akhir), berputra
Prabu Kendiawan (Dewa Nata Cengkar), berputra
Resi Kenduyuhan, berputra
Prabu Lembu Amiluhur, berputra
Prabu Rawisrengga, berputra
Prabu Adimulya (Raden Lelean), berputra
Prabu Ciung Wanara, berputra
Sri Ratu Purbasari, berputra
Prabu Linggahyang, berputra
Prabu Linggawesi, berputra
Prabu Wastu Kencana, berputra
Prabu Susuk Tunggal, berputra
Prabu Banyak Wangi, berputra
Prabu Mundingkawati, berputra
Prabu Anggalarang, berputra
Prabu Siliwangi beristri Subangkranjang, berputra
Sri Mangana (Pangeran Cakrabuana, Walangsungsang, Haji Abdullah Iman, Ki Sangkan, Ki Kuwu Cirebon), Rarasantang ibunda Syarif Hidayatullah, dan Raja Sengara.

Masduki Sarpin dalam harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon1 tanggal 11 September 1990 menampilkan silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ibu sebagai berikut:
Nabi Adam a.s.
Nabi Sis
Anwar (Sanghyang Nurcahya)
Sanghyang Nurasa
Sanghyang Wenang
Sanghyang Tunggal
Betara Guru
Brahma
Brahmasada
Brahmasatapa
Parikenan
Manumayasa
Sekutrem
Sakri
Palasara
Abiyasa
Pandu Dewanata
Arjuna
Abimanyu
Parikesit
Yudayana
Yudayaka
Jaya Amijaya
Kendrayana
Sumawicitra
Citrasoma
Pancadriya
Prabu Suwela
Sri Mahapunggung
Resi Kandihuwan
Resi Gentay
Lembu Amiluhur
Panji Asmarabangun
Rawis Rengga
Prabu Lelea
Mundingsari
Mundingwangi
Jaka Suruh
Prabu Siliwangi
Nyi Mas Rarasantang
Sunan Gunung Jati

CPCN karangan Pangeran Arya Cirebon  (1720) yang diterbitkan Atja menyajikan garis keturunan SGJ dari garis ibu yang tertulis pada halaman (naskah) lima baris keenam sampai halaman enam baris keempat (Atja, 1986:118) sebagai berikut:
Naskah CPCN
Terjemahan
ika hana pwa Sang Prabu Siliwangi//
ika anakiran Sang Prabu Anggalarang/
Sang Prabu Anggalarang anak ing Sang Prabu Mundhingkawati/
Sang Prabu Mundhingkawati anak ing Banyakwangi/
Sang Prabu Banyakwangi anak ing//
Sang Prabu Banyaklarang/
Sang Prabu Banyaklarang anakira Sang Prabu Susuktunggal/
Anak ing Sang Prabu Wastukancana/
Sang Wastukancana anakira Sang Prabu Linggawesi//
Sang Prabu Linggawesi anakira Sang Prabu Linggahiyang/
Sang Prabu Linggahiyang anakira Sri Ratu Purbasari/
Sri Ratu Purbasari anakira Sang Prabu Ciungwanara/
Prabu Ciungwanara anak ing ing Maharaja Galuh Pakwan//
yeka Maharaja Adimulya ngaranira …
(Atja, 1986:118)

Adapun Sang Prabu Siliwangi
adalah putera Sang Prabu Anggalarang.
Sang Prabu Anggalarang putera Sang Prabu Mundingkawati.
Sang Prabu Mundingkawati putera Banyakwangi.
Sang Prabu Banyakwangi putera Sang Prabu Banyaklarang.
Sang Prabu Banyaklarang putera Sang Prabu Susuktunggal.
Ia putera Sang Prabu Wastukancana.
Sang Wastukancana putera Sang Prabu Linggawesi.
Sang Prabu Linggawesi putera Sang Prabu Linggahiyang.
Sang Prabu Linggahiyang putera Sri Ratu Purbasari.
Sri Ratu Purbasari puteri Sang Prabu Ciungwanara.
Prabu Ciungwanara putera Maharaja Galuh Pakwan,
yaitu Maharaja Adimulya namanya …
(Atja, 1986:156)

Uraian di atas dapat diurutkan — dari leluhurnya—sebagai berikut:
Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya
Prabu Ciyungwanara
Sri Ratu Purbasari
Prabu Linggahiyang
Prabu Linggawesi
Prabu Wastukancana
Prabu Susuktunggal
Prabnu Banyaklarang
Prabu Banyakwangi
Prabu Mundingkawati
Prabu Anggalarang
Prabu Siliwangi.

Berikut ini tabel perbandingan silsilah keturunan SGJ dari garis kiwa (ibu)

CK
NSCA
MRST
MSDK
CPCN
Nabi Adam
Yang Widi Nurut,
Yang Widi Syukur,
Yang Widi Nubut,
Jalalu Purba,
Yang Nakiru,
Yang Luhur,
Marija,
Sira Sesunu,
Yang Marijatha Widi,
Bethara Anyalunyu,
Manon Mayasa,
Sambrana Aji,
Begawan Sakutren,
Sang Sakri Daraningrat,
Palasara,
Abiyasa,
Pandu Dewanata,
Dipati Arjuna,
Wara Bimanyu,
Parikesit,
Maharaja Udayana
Prabu Sri Gendrayana,
Sri Jaya Naya,
Prabu Jaya Mijaya,
Jaya Misesa,
Kusuma Wicitra,
Citrasoma,
Anglingdriya,
Sang Prabu Selacala,
Sang Katung Mahapunggung,
Kendiawan alias Resi Kenduyuhan,
Lembu Mijaya alias Panji Rawis alias Prabu Lelehan,
Ciung Wenara,
Prabu Linggahiyang Sakti,
Prabu Linggawesi,
Prabu Wastu,
Prabu Susuktunggal
Munding Kawati,
Prabu Siliwangi,
Walangsungsang, Rarasantang dan Raja Sengara.

Nabi Adam a.s.
Nabi Sis a.s.
Sayyid Anwar/ Nuruhu/ Sanghyang Nurcahya
Sanghyang Nurasa/ Su’ur
   Sanghyang
Wenang /
Nubuh
Sanghyang Tunggal Sri Mahapunggung alias Jalalu Purba
Batara Guru alias Manyikeru, beristana di Gunung Tengguru Himalaya, India
Betara Brama alias Maridj
Bramani Raras
Yang Tritusta
Bagawan Manomanasa
Bagawan Sambarana
Bagawan Sukrem
Bagawan Sakri
Palasara
Bagawan Abiyasa
Pandudewanata
Arjuna alias Dipati Suryalaga
Abimanyu alias Anom Permadi
Parikesit alias Purbasengara
Aji Hudayana
Agendrayana
Setrayana (Prabu Jayabaya)
Jayamijaya Gung
Jayamisena
Prabu Kusumawicitra
Prabu Citrasoma
Prabu Pancadria Linuwih
Prabu Anglingdriya
Raja Selacaya Anglingdarma
Yang Sri Mahapunggung Akhir
Prabu Kendihawan (Dewa Natacengkar)
Resi Kenduyuhan
Lembu Amiluhur
Rawisrangga
Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
Prabu Ciung Wanara
Prabu Dewi Purbasari
Prabu Lingga Hyang
Prabu Lingga Wesi
Prabu Wastu Kencana
Prabu Susuk Tunggal
Prabu Banyak Larang
Prabu Banyak Wangi
Prabu Mundingkawati
Prabu Anggalarang
Prabu Siliwangi
Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah.

Nabi Adam a.s
Nabi Sis
Sayid Anwar/Nuruhu/Sanghyang Nurcahya
Su’ur/Sanghyang Nurasa
Nubuh/Sanghyang Wenang
Jalalu Purba/Sanghyang Tunggal/Sri Mahapunggung awal
Manyikeru/Betara Guru/Sanghyang Manik Maya (Iwang Pramesti Dewa Guru),
Maridz/Betara Brahma
Naibramani/Brahmaniraras
Hyang Tritusta
Begawan Manomayasa
Begawan Sambarana,
Begawan Suktrem (Sakutrem)
Bagawan Sakri
Bagawan Palasara
Bagawan Abiyasa
Pandudewanata
Janaka (Arjuna, Dipati Suryalaga, Permadi, Dananjaya)
Anom Permadi (Abimanyu, Angkawijaya)
Purbasengara (Parikesit, Prabu Lare)
Aji Hudayana
Agendrayana
Setyana (Prabu Jayabaya)
Jayamijaya Gung,
Jayamisena,
Prabu Kusumawicitra,
Prabu Citrasoma,
Prabu Pancadria Linuwih,
Prabu Anglingdriya,
Raja Selacaya (Angling Darma),
Prabu Hyang Sri Mahapunggung (Akhir),
Prabu Kendiawan (Dewa Nata Cengkar),
Resi Kenduyuhan,
Prabu Lembu Amiluhur,
Prabu Rawisrengga,
Prabu Adimulya (Raden Lelean),
Prabu Ciung Wanara,
Sri Ratu Purbasari,
Prabu Linggahyang,
Prabu Linggawesi,
Prabu Wastu Kencana,
Prabu Susuk Tunggal,
Prabu Banyak Wangi,
Prabu Mundingkawati,
Prabu Anggalarang,
Prabu Siliwangi beristri Subangkranjang,
Sri Mangana (Pangeran Cakrabuana, Walangsungsang, Haji Abdullah Iman, Ki Sangkan, Ki Kuwu Cirebon), Rarasantang ibunda Syarif Hidayatullah, dan Raja Sengara.

Nabi Adam a.s.
Nabi Sis
Anwar (Sanghyang Nurcahya)
Sanghyang Nurasa
Sanghyang Wenang
Sanghyang Tunggal
Betara Guru
Brahma
Brahmasada
Brahmasatapa
Parikenan
Manumayasa
Sekutrem
Sakri
Palasara
Abiyasa
Pandu Dewanata
Arjuna
Abimanyu
Parikesit
Yudayana
Yudayaka
Jaya Amijaya
Kendrayana
Sumawicitra
Citrasoma
Pancadriya
Prabu Suwela
Sri Mahapunggung
Resi Kandihuwan
Resi Gentay
Lembu Amiluhur
Panji Asmarabangun
Rawis Rengga
Prabu Lelea
Mundingsari
Mundingwangi
Jaka Suruh
Prabu Siliwangi
Nyi Mas Rarasantang
Sunan Gunung Jati

Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya
Prabu Ciyungwanara
Sri Ratu Purbasari
Prabu Linggahiyang
Prabu Linggawesi
Prabu Wastukancana
Prabu Susuktunggal
Prabnu Banyaklarang
Prabu Banyakwangi
Prabu Mundingkawati
Prabu Anggalarang
Prabu Siliwangi.

Dari tabel di atas terdapat kesamaan silsilah Sunan Gunung Jati dari pihak ibu yang menampilkan nama dari tokoh-tokoh pewayangan, kecuali naskah CPCN yang mengawali silsilah keturunannya dari Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya.  Persamaan dari keempat naskah tersebut adalah:
Nabi Adam
Nabi Sis2
Sanghyang Nurcahya3
Sanghyanhg Nurasa4
Sanghyang Wenang5
Sanghyang Tunggal/Jalalu Purba
Betara Guru/Manyikeru6
Betara Brahma/Maridj7
Bramanai Raras8
Yang Tritusta
Bagawan Manonmayasa
Bagawan Sambarana9
Bagawan Sukrem10
Bagawan Sakri
Palasara
Bagawan Abiyasa
Pandudewanata
Arjuna
Abimanyu
Parikesit
Aji Hudayana11
Agendrayana
Prabu Jayabaya12
Jayamijaya13 Gung
Jayamisena14
Prabu Kusumawicitra
Prabu Citrasoma
Prabu Pancadria15
Prabu Anglingdriya
Raja Selacaya
Sri Mahapunggung (Akhir)
Prabu Kendihawan16
Resi Kenduyuhan
Lembu Amiluhur17
Rawisrangga
Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
Ciung Wanara
Dewi Purbasari18
Linggahiyang
Linggawesi
Wastukancana
Susuktunggal
Banyaklarang19
Banyakwangi
Mundingkawati
Anggalarang20
Siliwangi
Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah.
Munculnya nama Nabi Adam dan Nabi Sis kemudian diselingi oleh nama-nama para dewa dan tokoh pewayangan mengisyaratkan adanya proses sinkretis dalam pemahaman ajaran agama — dan tradisi masyarakat Jawa — terutama pada masa peralihan dari agama Hindu-Budha kepada agama Islam.  Pola akomodatif dan sinkretis yang dilakukan para penyebar agama Islam dalam tahap awal menyebabkan pengaruh yang besar dalam tulisan-tulisan mengenai tokoh-tokoh Islam seperti SGJ.  Munculnya nama-nama Sanghyang Nurcahya, Sanghyang Nurasa, Sanghyang Wenang, Sanghyang Tunggal/Jalalu Purba dan Betara Guru/Manyikeru, misalnya, menunjukkan upaya pemasukan unsur-unsur kepercayaan tradisional Sunda dan pengaruh Hindu Budha kepada garis keturunan SGJ sebagai upaya legitimasi bahwa SGJ merupakan keturunan dari para dewa dalam tradisi Sunda.21
Demikian pula munculnya nama-nama dari dunia pewayangan yang berawal dari Nabi Adam dan Nabi Sis dalam silsilah di atas menunjukkan adanya pengaruh “rekayasa”sebagaimana dikemukakan Montana (1995:16) bahwa tokh wali yang silsilahnya ditarik mundur sampai ke Nabi Adam adalah rekayasa belaka. Apalagi jika dihubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan yang — jika ditelusuri ke masa awal penyebaran agama Islam — diambil dari pertunjukan wayang sebagai media dalam proses Islamisasi.  Dalam pertunjukan wayang pada masa itu tidak hanya diartikan secara harfiah saja sebagai entertainment tetapi lebih dimanfaatkan sebagai perlambnag.  Sunan Kalijaga, misalnya, dapat meyakinkan bahwa kalimasada yang semula berarti sebuah jimat yang sakti adalah perubahan ucapan dari Kalimah Syahadat, padahal pengertian semula dari bahasa Sanskerta Kali Maha Usadha yang artinya Dewa Kali (Durga) Maha Tabib, maksudnya barangsiapa mengabdi kepad Dewa Kali akan selalu mendapat keselamatan, kesehatan dan kebahadiaan.  Akan tetapi, dalam proses Islamisasi masyarakat Jawa, ucapan kalimasada dimaksudkan sebagai Kalimah Syahadat yang ucapannya memang mirip.
Sunan Kalijaga menyatakan bahwa pertunjukan wayang sebenarnya adalah perhiasan tunggal yang dinamakan perhiasan syariat (syarenga).  Wayang-wayang itu adalah manusia sejagat, dalangnya adalah Allah, sang pencipta jagat (alam semesta).  Wayang tidak akan bergerak dengan sendirinya kalau tidak digerakkan dalang, demikian pula semua mahluk itu tidak akan bergerak tanpa kersaning Pangeran (kehendak Tuhan) Yang Mahagung, yang mencipta jagat (Montana, 1995:18).  Adapun hakikat wayang — yang ditampilkan sebagai garis keturunan SGJ — yang teradapat dalam naskah-naskah tradisi Cirebon mungkin merupakan penuturan kembali dari berbagai kisah pewayangan.  Munculnya nama-nama Pandudewanata, Arjuna dan Abimanyu, misalnya menunjukkan tradisi masyarakat yang selalu mengagungkan nama-nama ini.  Arjuna dengan ketampanannya, misalnya, dikaitkan dengan keturunan anak laki-laki yang ditampilkan dalam upacara tujuh bulanan dengan menggambar tokoh Arjuna pada buah kelapa. Dalam pandangan Wiryamartana (1990:328) perlambang Arjuna adalah perlambang sebagai manusia sakti dan pertapa, kesatria dan manusia teladan, sehingga tidak mengherankan apabila penulis naskah memasukkah Arjuna dalam silsilah SGJ dari pihak ibu.
Sementara silsilah SGJ dari garis ayah (tengen) tidak menghubungkannya dengan tokoh-tokoh pewayangan yang berasal dari silsilah raja-raja dan agama Hindu dari garius kiwa, namun dihubungkan dengan para nabi dari agama Islam.  Beberapa naskah, buku dan hasil penelitian yang menampilkan silsilah SGJ tanpa menghubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan antara lain Babad Tanah Sunda (tt), Nukilan Sedjarah Tjirebon Asli (1968, 1972) dan Sejarah Cirebon (1976) yang ditulis oleh Pangeran Suleman Sulendraningrat, naskah siaran kebudayaan pada Radio Leo yang disusun oleh Marsita, tulisan Masduki Sarpin (Pikiran Rakyat, 11 September 1990), Carita Purwaka Caruban Nagari(CPCN) karya Pangeran Arya Cirebon yang diterbitkan oleh Atja (1972,1986) serta hasil penelitian Abdullah bin Nuh (1978).
Pada NSCA Sulendraningrat (1968:33-34) menyajikan silsilah SGJ dari garis ayah sebagai berikut:
Siti Fatimah binti Muhammad SAW menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Tahlib ra.
Husain Assabti
Jaenal Abidin
Muhammad Al Bakir
Jafar Shadiq
Kasim al Kamil (Ali al Uraid)
Muhammad an Naghib  (Idris)
Isa al Basri (al Bakir)
Ahmad al Muhajir
Uabaidillah
Muhammad
Alwi
Ali al Gazam
Muhammad
Alwi Amir Faqih
Abdul Malik
Abdullah Khan Nurdin (Amir)
Al Amir Ahmad Syejh Jalaludin
Jamaluddin al Husein
Ali Nurul Alim
Syarif Abdullah (Sultan Mesir)
Syarif Hidayatullah.

Marsita menyajikan Silsilah sebagai berikut:
Nabi Adam as.
Nabi Sis
Anwas
Qinan
makail
Yarid
Sam
Arfakhsyadz
Finan
Syalikh
Abir
Urgu
Sarug
Nakhur
Tarikh
Nabi Ibrahim as
Nabi Ismail as
Haidar
Jamal
Sahail
Binta
Salaman
Hamyasa
Adad
Addi
Adnan
Ma’ad
Nizar
Mudhor
Ilyas
Mudrikhah
Khuzaimah
Kinaan
Nadhar
Malik
Fihir
Ghalib
Lauiy
Kaab
Murrah
Kilab
Qushay
Abdul Manap
Hasyim
Abdul Muthalib
Abdullah
Nabi Muhammad SAW
Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra
Sayyid Husein Assabti
Iman Zaenal Abidin
Muhammad al Bakir
Jafarus Shadiq
Ali al-Uraidi Kasim al Kamil
Muhammad an Nakib Ibris
Isa al Basri al Bakir
Ahmad al Muhair
Ubaidillah
Muhammad
Alwi
Ali ag Gajam
Muhammad
Alwi Amirfakih
Maulana Abdulmalik
Abdul Khan Nurdin Amir
Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin
Ali Nurul Alim
Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra
Syarif Hidayatullah.

Masduki Sarpin dalam Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon tanggal 11 September 1990 menampilkan silsilah sebagai berikut:
Nabi Adam as
Nabi Sis
Anwas
Qinan
Makhqil
Yarid
Makhnukh
Matusalh
Lamiq
Nabi Nuh as
Syams
Arfakhsyal
Finan
Syalikh
Abir
Urghu
Surogh
Nakhur
Trikh
Nabi Ibrahim as
nabi Ismail
Haidar
Jamal
Sahail
Biniah
Saiman
Hamyasa
Adad
Addi
Adnan
Ma’ad
Nizar
Mudhor
Ilyas
Mudrikhah
Kinanah
Kuarenah
Nadhor
Malik
Fihrin
Gholib
Luaiy
Ka’ad
Murroh
Kilab
Qusay
Abdul Manaf
Hasyim
Abdul Muthalib
Abdullah
Nabi Muhammad SAW
Siti Fatimah
Sayid Husain
Zainal Abidin
Zainal Alim
Zainal Kubro
Zainal Husain
Sultan Khut
Sunan Gunung Jati.

Pada CPCN halaman (naskah) 59 baris pertama sampai halaman 60 baris ke-13 (Atja, 1986:137-138) ditampilkan sebagai berikut:
Naskah CPCN
Terjemahan
Kawruhan ta  dheng sakweh[wa]an/59
Susuhunan Jati Purba ika anakira Sarip Abdullah kang atemu tangan lawan putri sakeng Mesir nagari// Nurul Alim anak ing Jamaludin kapernah ing Kemboja nagari yata anak ing Jamaludin/
Jamaludin anak ing Amir/
Amir anak ing Abdulmalik kapernah ing Indiya nagari//
Anak ing Alwi kapernah ing Mesir nagari/
Alwi anak ing Muhamad/
Muhamad anak ing Ali Gajam/
Ali anak ing Alwi
Alwi anakira Muhamad/
Muhamad anak ing Baidillah//60
Baidillah anak ing Ahmad/
Ahmad anakira Al Bakir/
Al Bakir anak ing Idris/
Idris anak ing Kasim al Malik/
Kasim anakira Japar Sadik/
Kapernah ing Parsi/
Japar Sadik anak ing Muhamad Bakir/
Muhamad Bakir anakira Jenal Abidin/
Jenal Abidin anak ing Sayid Husen/
Sayid Husen anak ing Sayidina Ali kang atemu tangan lawan Siti Patimah anak ing Rasul Muhammad nabi kang luhung …
(Atja, 1986:137-138)

Ketauilah oleh sekalian  bahwa
Susuhunan Jati Purba itu putera Sarip Abdullah yang beristrikan puteri dari negeri Mesir.  (Ali) Nurul Alim putera Jamaludin berasal dari negeri Kemboja, ialah putera Jamaludin.
Jamaludin putera Amir,
Amir putera Abdulmalik berasal dari negeri India,
Ia adalah putera Alwi berasal dari negeri M0esir.
Alwi putera Muhamad.
Muhamad putera Ali Gajam
Ali putera Alwi
Alwi putera Muhamad
Muhamad putera Baidilah
Baidilah putera Ahmad
Ahmad putera al Bakir
Al Bakir putera Idris
Idris putera Kasim al malik
Kasim al Malik putera Japar Sadik
Dari Parsi
Japar Sadik putera Muhamad Bakir
Muhamad Bakir putera Jenal Abidin
Jenal Abidin putera Sayid Husen
Sayid Husen putera Sayidina Ali yang beristrikan Siti Patimah, puteri Rasul Muhammad Nabi yang mulia…

(Atja, 1986:174-175)


Uraian di atas dapat diurutkan sebagai berikut:
Rasul Muhammad
Sayid Ali yang beristrikan Fatimah
Sayid Husen
Sayid Abidin
Muhamad Bakir
Japar Sadik dari Parsi
Kasim al Malik
Idris
Al Bakir
Ahmad
Baidillah
Muhammad
Alwi dari Mesir
Abdulmalik
Amir
Jamaludin dari Kamboja
Ali Nurul Alim beristri putri Mesir
Sarip Abdullah

Sementara itu Abdllah bin Nuh (Syamsu As, 1996:68-69) menyusun silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ayah dengan merujuk pada hasil susunan Sayid Ahmad Abdullah Assegaf yang ditulis dalam bahasa Arab yang diambil dari Pakem Banten sebagai berikut:
Sayidina Muhammad Rasulullah Saw.
Sayidina Ali, suami Sayidina Fatimah
Sayidina Husein
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al Baqir
Ja’far ash Shadiq
Ali al Uraidhi di Madinah
Sayid Isa di Basrah
Ahmad al Muhajir di Hadramaut
sayid Abdullah al-Ardh Bur,  hadramaut
Sayid Ali di Samal, Hadramaut
Sayid Ali di Bait Juber, Hadramaut
Sayid Ali Khali’ Gasam  di Tarim, Hadramaut
Sayid Muhammad Shahib Mirbath di Zafar, Hadramaut
Sayid Alwi di Tarim, Hadramaut
Amir Abdl Muluk di Hindustan
Ahmad Syah Jalal di Hindustan
Maulana Jamaludin al Akbar al Husein di Bugis
Ali Nurul Alam di Siam/ Thailand
Raja Umdatuddin Abdullah di Cempa
Syarif Hidayatullah di Cirebon.

Berikut ini tabel perbandingan silsilah keturunan SGJ dari garis tengen (garis ayah)
NSCA
MRST
MSDK
CPCN
PB
Siti Fatimah binti Muhammad SAW menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Tahlib ra.
Husain Assabti
Jaenal Abidin
Muhammad Al Bakir
Jafar Shadiq
Kasim al Kamil (Ali al Uraid)
Muhammad an Naghib  (Idris)
Isa al Basri (al Bakir)
Ahmad al Muhajir
Uabaidillah
Muhammad
Alwi
Ali al Gazam
Muhammad
Alwi Amir Faqih
Abdul Malik
Abdullah Khan Nurdin (Amir)
Al Amir Ahmad Syejh Jalaludin
Jamaluddin al Husein
Ali Nurul Alim
Syarif Abdullah (Sultan Mesir)
Syarif Hidayatullah.
Nabi Adam as.
Nabi Sis
Anwas
Qinan
makail
Yarid
Sam
Arfakhsyadz
Finan
Syalikh
Abir
Urgu
Sarug
Nakhur
Tarikh
Nabi Ibrahim as
Nabi Ismail as
Haidar
Jamal
Sahail
Binta
Salaman
Hamyasa
Adad
Addi
Adnan
Ma’ad
Nizar
Mudhor
Ilyas
Mudrikhah
Khuzaimah
Kinaan
Nadhar
Malik
Fihir
Ghalib
Lauiy
Kaab
Murrah
Kilab
Qushay
Abdul Manap
Hasyim
Abdul Muthalib
Abdullah
Nabi Muhammad SAW
Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra
Sayyid Husein Assabti
Iman Zaenal Abidin
Muhammad al Bakir
Jafarus Shadiq
Ali al-Uraidi Kasim al Kamil
Muhammad an Nakib Ibris
Isa al Basri al Bakir
Ahmad al Muhair
Ubaidillah
Muhammad
Alwi
Ali ag Gajam
Muhammad
Alwi Amirfakih
Maulana Abdulmalik
Abdul Khan Nurdin Amir
Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin
Ali Nurul Alim
Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra
Syarif Hidayatullah.

Nabi Adam as
Nabi Sis
Anwas
Qinan
Makhqil
Yarid
Makhnukh
Matusalh
Lamiq
Nabi Nuh as
Syams
Arfakhsyal
Finan
Syalikh
Abir
Urghu
Surogh
Nakhur
Trikh
Nabi Ibrahim as
nabi Ismail
Haidar
Jamal
Sahail
Biniah
Saiman
Hamyasa
Adad
Addi
Adnan
Ma’ad
Nizar
Mudhor
Ilyas
Mudrikhah
Kinanah
Kuarenah
Nadhor
Malik
Fihrin
Gholib
Luaiy
Ka’ad
Murroh
Kilab
Qusay
Abdul Manaf
Hasyim
Abdul Muthalib
Abdullah
Nabi Muhammad SAW
Siti Fatimah
Sayid Husain
Zainal Abidin
Zainal Alim
Zainal Kubro
Zainal Husain
Sultan Khut
Sunan Gunung Jati.

Rasul Muhammad
Sayid Ali yang beristrikan Fatimah
Sayid Husen
Sayid Abidin
Muhamad Bakir
Japar Sadik dari Parsi
Kasim al Malik
Idris
Al Bakir
Ahmad
Baidillah
Muhammad
Alwi dari Mesir
Abdulmalik
Amir
Jamaludin dari Kamboja
Ali Nurul Alim beristri putri Mesir
Sarip Abdullah

Sayidina Muhammad Rasulullah Saw.
Sayidina Ali, suami Sayidina Fatimah
Sayidina Husein
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al Baqir
Ja’far ash Shadiq
Ali al Uraidhi di Madinah
Sayid Isa di Basrah
Ahmad al Muhajir di Hadramaut
sayid Abdullah al-Ardh Bur,  hadramaut
Sayid Ali di Samal, Hadramaut
Sayid Ali di Bait Juber, Hadramaut
Sayid Ali Khali’ Gasam  di Tarim, Hadramaut
Sayid Muhammad Shahib Mirbath di Zafar, Hadramaut
Sayid Alwi di Tarim, Hadramaut
Amir Abdl Muluk di Hindustan
Ahmad Syah Jalal di Hindustan
Maulana Jamaludin al Akbar al Husein di Bugis
Ali Nurul Alam di Siam/ Thailand
Raja Umdatuddin Abdullah di Cempa
Syarif Hidayatullah di Cirebon.

Dari tabel di atas teradapat kesamaan silsilah SGJ dari garis ayah yang menampilkan nama dari para nabi.  Silsilah yang ditulis oleh Marsita dan Masduki Sarpin mengawalinya dari Nabi Adam, sementara NSCA, CPCN dan PB memulainya dari Nabi Muhammad  Saw atau Sti Fatimah binti Muhammad.   Jika diurutkan silsilah SGJ dari garis ayah dengan memadukan seluruh sumber di atas akan diperoleh urutan sebagai berikut:
Nabi Adam as.
Nabi Sis
Anwas
Qinan
Makail
Yarid22
Sam
Arfakhsyadz
Finan
Syalikh
Abir
Urgu
Sarug
Nakhur
Tarikh
Nabi Ibrahim as
Nabi Ismail as
Haidar
Jamal
Sahail
Binta
Salaman
Hamyasa
Adad
Addi
Adnan
Ma’ad
Nizar
Mudhor
Ilyas
Mudrikhah
Khuzaimah
Kinaan
Nadhar
Malik
Fihir
Ghalib
Lauiy
Kaab
Murrah
Kilab
Qushay
Abdul Manap
Hasyim
Abdul Muthalib
Abdullah
Nabi Muhammad SAW23
Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra
Sayyid Husein Assabti
Iman Zaenal Abidin
Muhammad al Bakir
Jafarus Shadiq
Ali al-Uraidi Kasim al Kamil24
Muhammad an Nakib Ibris
Isa al Basri al Bakir
Ahmad al Muhair
Ubaidillah25
Muhammad26
Alwi
Ali al Gajam
Muhammad
Alwi Amirfakih
Maulana Abdulmalik
Abdul Khan Nurdin Amir
Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin27
Ali Nurul Alim
Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra
Syarif Hidayatullah.

Pada urutan di atas yang dimulai dari Nabi Adam As, antara  tulisan MRST dengan MSDK terdapat persamaan hingga urutan keenam, Yarid.  Dari Yarid, Msdk masih menulis keturunan berikutnya yakni Makhnukh, Matusalh, Lamiq dan nabi Nuh As, lalu ke Sayams, sementara MRST dari Yarid langsung ke Syams.  Dari Syams hingga Nabi Muhammad urutan MRST dengan MSDK sama.  Secara umum dilihat dari persamaan keturunan dari masing-masing sumber, SGJ adalah keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad Saw. Perbedaan yang mencolok terdapat pada MSDK setelah urutan dari Nabi Muhammad, pada MSDK hanya mencantumkan delapan keturunan yakni Siti fatimah, Sayyid Husain, Zainal Abidin, Zainal Alim, Zainal Kubro, Zainal Husain, Sultan Khut dan Sunan Gunung Jati, sementara sumber lain mencantumkan lebih banyak dan bervariasi, NSCA hingga 23 keturunan, MRST 22 keturunan, CPCN 18 keturunan dan PB 21 keturunan.
Dari beberapa silsilah SGJ di atas terdapat perbedaan dan persamaan di antara urutan nama dan sumber rujukan, baik dari garis ayah maupun dari garis ibu.  Perbedaan mencolok terdapat pada silsilah SGJ dari garis ibu yang mencantumkan nama-nama dari tokoh pewayangan yang bersumber dari ajaran agama Hindu, sementara dari garis ayah justru mencantumkan para nabi dalam agama Islam.

3 Makna yang Terkandung dalam Silsilah SGJ
Makna yang terkandung di dalam silsilah SGJ di atas menunjukkan adanya upaya legitimasi SGJ senbagai orang yang mempunyai otoritas kekuasaan sebagai Sultan Cirebon dengan menghubungkan silsilah keturunan dari garis ibu dengan Prabu Siliwangi penguasa kerajaan Pajajaran di Jawa Barat dan otoritas keilmuan (agama Islam) dengan menghubungkan silsilah keturunannya dari garis ayah dengan Nabi Muhammad Saw.
Dalam silsilah ini teradpat motif para dewa yang dalam indeks motif Thompson termasuk dalam kelompok A100-a499; gods dengan munculnya tokoh-tokoh para dewa  — sebagaimana cerita tentang dewa yang tinggal dan mati di dunia lain (A108; god of the living and the dead in the otherworld) dalam cerita rakyat Cina (Thompson, 1955:74) — terutama para dewa dari dunia pewayangan dalam silsilah SGJ dari garis ibu; dan A500-599; demigods and culture heroes motif para tokoh setengah dewa dan pembawa kebudayaan dalam kelompok A501; groups of demigods (kelompok tokoh setengah dewa)(Thompson, 1955:116) dengan munculnya tokoh-tokoh pembawa ajaranagama dan kebudayaan (Islam) yakni para nabi, dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan para guru agama Islam dari silsilah SGJ dari garis ayah.
Munculnya silsilah ini merupakan ciri khas dari cerita legenda yang menghubungkan keturunan seseorang dengan tokoh-tokoh tertentu yang mempunyai tujuan tertentu pula, baik sebagai upaya untuk mensucikan tokoh itu maupun melegitimasikan keberadaannya sesuai dengan kedudukannya.
Adapun motif para dewa dan pembawa kebudayaan diduga penulis karya ini mempunyai maksud melegitimasikan SGJ sebagai penguasa kerajaan Cirebon yang ada hubungan genealogis dengan tokoh-tokoh pewayangan dan para raja di kerajaan Pakuan Pajajaran.  Dengan disajikannya tokoh-tokoh tersebut, maka SGJ adalah sah sebagai penguasa (susuhunan) di kerajaan Cirebon.  Sementara ditampilkannya tokh pembawa ajaran agama Islam adalah sebagai legitimasi SGJ sebagai penyebar agama Islam, hal ini ditunjukkan dengan ditampilkannya SGJ sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa ajaran Islam.

4. Penutup
Berdasarkan sumber informasi dari naskah-naskah tradisi Cirebon mengenai SGJ dapat disimpulkan bahwa SGJ ternyata berbeda dengan Fatahillah , ia bukan tokoh yang identik, melainkan tokoh yang berbeda dari aspek keturunan (silsilah) berdasarkan naskah tradisi Cirebon.
Upaya memunculkan SGJ dengan dua garis keturunan Islam dan kerajaan Sunda merupakan upaya legitimasi yang sah bahwa SGJ adalah penyebar agam Islam sekaligus juga sebagai penegak kekuasaan Islam di Jawa Barat. ***


* Dr.H.Dadan Wildan, Drs., M.Hum. adalah Staf Pengajar FKIP Universitas galuh Ciamis, Doktor Filologi dari Universitas Padjadjaran Tahun 2001.
1 Menurut redaksinya, surat kabar tersebut banyak sekali menerima surat pembaca yang bertanya tentang siapakah sesungguhnya Sunan Gunung Jati.  masduki sarpin menjawab keinginan pembaca dengan menampilkan silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ayah dan ibu  tanpa menyebut sumber rujukannya.
2 CK idak menyebut Nabi Sis setelah Nabi Adam tetapi langsung kepada Yang Widi Nurut
3 CK tidak menyebut Sayid Anwar atau Nuruhu atau Sanghayang Nurcahya, tetapi Yang Widi Nurut.  Dari kata Nurut kemungkinan besar nama ini adalah nama lain dari Sanghyang Nurcahya.
4 CK tidak menyebut nama Sanghyang Nurasa tetapi langsung kepada yang Widi Nubut.
5 CK = Yang Widi Nubut
6 CK = yang Nakiru
7 CK=Yang Widi  Nubut
8 Mulai keturunan kesembilan hingga kesebelas antara CK, MSDK, NSCA dan MRST menampilkan nama-nama dan urutan yang berbeda.  Pada CK dan MSDK keturunan dari Marija ke Manonmayasa diselingi tiga nama yakni keturunan kesembilan hingga kesebelas mulai dari Sira Sesunu, Marijatha Widi dan Betara Anyalunyu, pada MSDK adalah Brahmasada, Brahmasatapa dan Parikenan.  Sementara pada NSCA dan MRST hanya diselingi oleh dua nama yakni Bramani Raras dan Yang Tritusta.  Mulai keturunan ke-12 pada CK dan MSDK dan ke-11 pada NSCA dan MRST terdapat kesamaan, yakni Manonmayasa.
9MSDK tidak menyebut Sambarana tetapi langsung ke Sakutrem
10 CK= Sakutren
11 CK = Maharaja Udayana, MSD Yudayana
12 CK = Sri Jayanaya
13 MSDK=Jayamisena Gung
14 CK=Jayamisena
15 CK tidak menyebut Pancadriya tetapi langsung ke Anglingdriya
16 CK menyebut Kendiawan alias Resi Kenduyuhan sedangkan yang lain membedakannya.
17 CK menyebut Lembu Wijaya alias Panji Rawis atau Prabu Lelean sebagai nama untuk satu orang sementara NSCA dan MRST membedakannya, yakni Lembu Amiluhur, Rawisrangga dan Prabu Lelean.  Adapun MSDK setelah menyebut nama Lembu Amiluhur keturunan ke bawahnya berbeda dengan naskah lain yakni Panji Asmarabangun,  Rawis Rengga, Prabu Lelean, Mundingwangi, Jaka Suruh, lalu ke Prabu Siliwangi.
18 CK tidak menyebut nama Dewi Purbasari tetapi dari Ciung Wanara langsung ke Linggahiyang
19 CK tida menyebut nama Banyaklarang dan Banyakwangi, dari Susuktunggal langsung ke Mundingkawati.
20 CK tidak menyebut nama Anggalarang, dari mUndingkawati langsung ke Prabu Siliwangi.
21 Dalam kosmologi Pantun Sunda dikenal adanya Mandala Agung yakni termpat Sanghyang Tunggal berada.  Mandala Agung ini berada di luar jangkauan pemahaman manusia karena Sanghyang Tunggal ini “tidak dapat dikatakan apa dan tidak dapat dijelaskan bagaiman”.  Dalam agama Hindu-Buda yang pernah berkembang di Jawa BaratSang Hyang Tunggal ini disebut Sunya Suksma atau kekosongan agung.  Ia adalah Esa Mutlak dalam dirinya, tak dapat dicapai oleh kodrat manusia.  Maka, agar dirinya dikenal oleh manusia ia menurunkan dirinya dalam wujud Batara Sanghyang Kala, penguasa waktu.  Dalam Pantun Sunda Sanghyang Kala ini juga disebut Dewa Batara Seda Niskala, Sang Hiyang Dewakala, atau Batara Seda.  Dialah Dewa dari para Batara, dewa dari para dewa.  Sehingga munculnya nama-nama Sanghyang dalam silsilah SGJ menunjukkan bahwa SGJ bukanlah manusia biasa dalam tradisi kosmologi Sunda, ia masih keturunan para nabi, sekaligus juga keturunan para dewa (Lihat Sumardjo, PR. 4 Pebruari 2001).
22 Dari Yarid, MSDK masih mencantumkan 4 keturunan yakni Makhnukh, Matusalh, Lamiq dan Nabi Nuh As lalu Syams, sementara MRST dari Yarid langsung ke Syams.
23 MRST, MSDK, CPCN dan PB mencantumkan Nabi Muhammad, sementara NSCA memulainya dari Siti Fatimah binti Muhammad
24 CPCN=Kasim al Malik
25 PB=Sayid Abdullah
26 Pada NSCA dan MRST dari Muhammad urutannya Alwi, Ali al Gazam, Muhammad lalu ke Alwi Amir Fakih.  Pada CPCN dari Muhammad langsung ke Alwi, sementara pada PB dari Abdullah ke Alwi, Sayid Ali di Bait Juber, Sayid Ali Khali Gasam di Tahrim, lalu ke Muhammad.
27 Pada CPCN tidak tercantum nama Sekh Jalaludin, dari Amir langsung ke Jamaludin, sementara PB tertulis Ahmad Syah Jalal.

No comments:

Post a Comment