6 Jun 2016

PRASEJARAH DI INDONESIA


 Awal jaman prasejarah adalah sejak bumi Indonesia didiami dan berakhir 
setelah Indonesia mengenal tulisan. Prasasti yang paling tua adalah prasasti Kutai 
yang  diperkirakan  ditulis  pada  abad  ke-5  Masehi.  Meskipun  dalam  prasasti 
tersebut tidak disebutkan tarikh pembuatannya, akan tetapi berdasarkan pada hasil 
penelitian maka diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada abad ke-5 Masehi. 
  Awal  prasejarah  tidak  dapat  diteliti  melalui  prasasti  tetapi  dapat  diteliti 
melalui  fosil-fosil  yang  ditemukan  terutama  banyak  ditemukan  di  pulau  Jawa. 
Fosil  yang  usianya  paling  tua  yang  ditemukan  di  pulau  Jawa  adalah 
phitecanthropus mojokertensis dimana usianya diperkirakan sekitar 1,9 juta tahun. 
Berdasarkan  kriteria  bahan  pembuatan  alat,  maka  masa  prasejarah  di 
Indonesia dibagi ke dalam : 


1.  Jaman Batu 
-  Jaman batu tua (Paleolithicum) 
-  Jaman Batu Madya (Mesolithicum) 
-  Jaman Batu Besar (Neolithicum) 
Selain  itu  juga  terdapat  jaman  batu  besar  (megalithikum),  tetapi 
megalithikum  ini  bukan  merupakan  jaman  melainkan  kebudayaan 
yang berkembang terutama berkaitan dengan aspek religi.  
2.  Jaman Logam    
-  Jaman Perunggu 
-  Jaman Besi 
Di  Indonesia  tidak  dikenal  jaman  tembaga  karena  tidak  ditemukan 
bukti  alat-alat  yang  terbuat  dari  tembaga.  Diperkirakan  pada  saat 
bangsa  lain  memasuki  jaman  tembaga,  Indonesia  masih  berada  pada 
jaman neolithikum-megalithikum. 
 Selain  didasarkan pada kriteria bahan pembuatan alat, pembagian jaman 
prasejarah di  Indonesia juga dibagi  berdasarkan  pada cara memenuhi kebutuhan 
hidup  atau  berdasarkan  system  mata  pencaharian.  Berdasarkan  system  mata 
pencaharian maka jaman prasejarah di Indonesia dibagi ke dalam :
1.  Jaman berburu dan mengumpulkan makanan 
2.  Jaman bercocok tanam 
3.  Jaman perundagian  
KONTAK AWAL BANGSA INDONESIA  DENGAN BANGSA LAIN 
Bila  dilihat  dari  letak  Indonesia  merupakan 
jembatan  penghubung  yang  terletak  di  tengah- tengah dua Negara besar yang merupakan sentral 
perekonomian  Asia  yaitu  India  dan  Cina. 
Hubungan  India-Cina  terjadi  jauh  sebelum abad  V Masehi. Bukti-bukti adanya hubungan India –  
Indonesia  tidak  begitu  banyak.  India  sejak  sebelum  tarikh  masehi  telah  mengenal  tulisan 
dan  telah  mengenal  system  kerajaan,  mestinya  terdapat  peninggalan  sejarah  yang  merekam 
hubungan  India-  Indonesia  secara  jelas.  Namun  ternyata  tidak  ditemukan  dengan  lengkap. 
Beberapa  bukti  mengenai  hubungan  India  –   Indonesia :
-  Kitab  Jataka,  mengenai  kelahiran  sang  Budha  Sidharta  Gautama,  dalam  kitab  tersebut disebut sebut sebuah negeri yaitu  Svarnabhumi = Sumatera ? 
-  Kitab  Ramayana,  menceritakan  kisah  Rama-  Shita  yang  menyebut-nyebut  beberapa  negeri  yaitu  Yavadwipa  dan  Swarnadwipa = Pulau Jawa dan Sumatera  Hubungan  antara  India  –   Indonesia 
kemungkinan  terjadi  jauh  sebelum  tarikh  awal  masehi. Dimana hubungannya dimasa-masa yang 
akan  datang  lebih  intensif  lagi.  Ada  suatu  kitab  dari  Timur  Tengah  yaitu  kitab  Periplous  tes 
Erythras Thalasses (abad I) yang tidak diketahui  penulisnya.  Dalam  kitab-kitab  tersebut  disebut 
negeri chryse yang berarti emas = Swarnabhumi  = Sumatera ?

 Kemudian  dari  kitab  Geographike  Hyphegesis  yang ditulis oleh Claudius Ptolomeus disebutkan 
beberapa negeri yaitu : 
-  Argyre Chora    = negeri perak 
-  Chrysye chora    = negeri emas 
-  Chrysye chersonesos  =  semenanjung  emas 
-  Iabadiou      = pulau enjelai    Selian  itu  bangsa  Indonesia  juga  telah  mengadakan  kontak  dengan  bangsa  Cina.  Dimana  ditemukan  bukti-bukti  yang  menunjukkan  adanya  hubungan  dengan  Negara 
Cina  yang  sangat  erat.  Jalan  laut  baru  dipergunakan  sekitar  abad  ke-I  Masehi  dimana 
perhatian  bangsa  India  terhadap  Indonesia  lebih  banyak  bila  dibandingkan  dengan  bangsa  Cina. 
Diduga  jalur  laut  antara  Cina-  Indonesia  mulai  terbuka  pada  abad  IV  Masehi.  Sehubungan dengan  adanya  ketertarikan  kaisar-kaisar  Cina  yang  mulai  memindahkan  pusat  pemerintahannya  ke  bagian  selatan  sehingga  perhatian mereka mulai kearah bagian selatan.  
HIPOTESIS  TENTANG  PROSES 
AKULTURASI  BUDAYA  INDONESIA- INDIA   
  Teori-teori mengenai proses akulturasi antara  budaya Indonesia dengan India : 
1.  Teori Kolonisasi 
-  Hipotesa Ksatria  Majumdar  menyatakan  bahwa  ada  petualang  India  setelah  sesampainya  di  Indonesia  membangun  koloni.  Para  kolonis  ini  kemudian  mengadakan  hubungan dagang dan mendatangkan paraseniman  dari  India  untuk  membangun  candi-candi di Indonesia.  C.C Berg menyatakan bahwa kebudayaan  India  itu  dibawa  oleh  orang-orang  India  yang  sesampainya  di  Indonesia  mereka  menikah dengan puteri-puteri bangsawan/  pemuka  masyarakat  Indonesia.  Setelah  menikah,  mereka  menjadi  raja  di  Indonesia dan menurunkan dinasti-dinasti  J.L  Moens  menghubungkan  berdirinya  kerajaan-kerajaan  Hindu-Budha  di  Indonesia  dengan  runtuhnya  kerajaan- kerajaan Hindu-Budha di India. Sehingga  dia  menafsirkan  bahwa  keluarga/  dinasti  raja  India  yang  runtuh  itu  meninggalkan  India  untuk  pergi  ke  Indonesia  dan  mendirikan kerajaan di Indonesia.  
-  Hipotesa WaisyaN.J  korm  berpendapat  bahwa  pengaruh  India  di  Indonesia  datang  dari  bangsa 
India  sendiri  yaitu  dari  kaum  pedagang.  Dimana  selain  berdagang  mereka  melakukan  pernikahan  dengan  penduduk  pribumi. 
-  Hipotesa Brahmana 
Menurut  J.C  van  Leur,  bila  dilihat  dari  upacara-upacara  yang  dilakukan  maupun  bahasa  yang  dipergunakan  di  lingkungan  keratin  merupakan  kebudayaan  khusus  para  brahmana.  Jadi  van  Leur  menyimpulkan  bahwa  yang  membawa  pengaruh India itu adalah kaum brahmana 
2.  Teori Arus Balik   
  Menurut  F.D.K  Bosch,  dalam  proses  akulturasi kebudayaan ini bangsa Indonesia turut  berperan  aktif.  Pada  mulanya,  orang-orang  dari India  yang  membawa  agama  Hindu  dan  Budha  yaitu  dari  golongan  intelektual  melalui  jalan  dagang yang lajim dilalui para pelancong dengan  menumpang  kapal  dagamg.  Setelah  sampai  di  Indonesia,  mereka  kemudian  diundang  untuk  memberi suatu sinar kehinduan pada masyarakat  Indonesia.  Setelah  orang  Indonesia  ini  masuk  agama  Hindu-  Budha  kemudian  mereka  sendiri  belajar  ke  India  lalu  kembali  pulang  dan  aktif  menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia.   
KERAJAAN KUTAI 
 Berdasarkan  temuan  para  arkeolog  atas  tujuh  buah  yupa1  yang  memuat  
prasasti  (hanya  4  yang  berhasil  dibaca  dan  diterjemahkan).  Prasasti  itu 
menggunakan  huruf  Pallawa,  yang  menurut  bentuk  dan  jenisnya  berasal  dari 
sekitar  400  Masehi  dengan  bahasa  sansekerta,  dan  ditulis  dalam  bentuk  puisi 
anustub.2    Maka  berdas arkan  hal  tersebut  diketahuilah  adanya  sebuah  kerajaan 
kuno Indonesia yaitu kerajaan Kutai yang telah sekian lama terlupakan. Kerajaa n 
1    Yupa  adalah  sebentuk  tiang  batu  berukuran  kurang  lebih  1  meter  sebahagian  ditanam  diatas  tanah. Pada tiang batu inilah tergurat prasasti dari kerajaan Kutai yang dianggap sebagai sumber  tulisan  tertua  sehingga  Indonesia  mulai  memasuki  masa  sejarah  dan  mengakhiri  masa  prasejarahnya. 
2   DR. R. Soekmono, 1981, Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia, 2, hal. 35.
Kutai  dalam  kontek  sejarah  nasional  Indonesia  baku  dikenal  sebagai  kerajaan  tertua3  yang bernafaskan agama Hindu.    Terlet ak  di  Kalimantan  Timur  tepatnya  di  Hulu  Sungai  Mahakam  Kabupaten Kutai. Tidak diketahui secara pasti angka tahun berdirinya. Para ahli  hanya dapat menduga bahwa kerajaan Kutai setidaknya sudah ada sejak abad ke - V M hal ini dapat dilihat dari jenis hurufnya   yang pranagari dan berasal dari India  Selatan yang banyak ditemukan di daerah itu dalam waktu yang relatif sama, dan  nama Kutai sendiri digunakan untuk menyebut kerajaan yang dianggap paling tua  ini karena letak ditemukannya prasasti berada di kabupaten K utai (tidak diketahui  secara pasti apa nama dari kerajaan tersebut).   
Prasasti Kutai I4 
  Transkripsi:
  srimatah sri-narendrasya,    kundungasya mahatmanah,    putro svavarmmo vikhyatah,    vansakartta yathansuman,    tasya putra mahatmanah,    trayas traya ivagnayah,    tesan trayanam pravarah,  tapo-bala-damanvitah,  sri mulawarmma rajendro,  yastva bahusuvarnnakam,  tasya yajnasya yupo „yam,   dvijendrais samprakalpitah. 
Terjemahan: 
3    Dianggap tertua karena belum ditemukan sumber tulisan yang lebih tua dari prasasti Kutai.  
4   R. M. Poerbatjaraka, Riwayat Indonesia, I, 1952, hal.   9.Sang  Maharaja  Kundunga,  yang  amat  mulia,  mempunyai  putra  yang  mashur,  Sang  Aswawarman  namanya,  yang  seperti  Sang  Ansuman  (=  dewa  Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia.  Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api  (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu  ialah Sang Mulawarman, raja yang berperadaban baik,  kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan  kenduri  (selamatan  yang  dinamakan)  emas-amat  banyak.  Buat  peringatan  kenduri  (selamatan)  itulah  tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.  
Prasasti Kutai II5 
Transkripsi: 
 srimad-viraja-kirtteh    rajnah sri-mulavarmmanah punyam    srnvantu vipramukhyah    ye canye sadhavah purusah    bahudana-jivadanam    sakalpavrksam sabhumidanan ca    tesam punyagananam    yupo „yan stahapito vipraih 
5  Ibid., hal. 10.
Terjemahan: 
Dengarkanlah  oleh  kamu  sekalian,  Brahmana  yang  tekemuka,  dan  sekalian  orang  baik  lain-lainnya, 
tentang  kebaikan  budi  Sang  Mulawarman,  raja  besar  yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud  sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan  atau  semata-mata  pohon  kalpa  (yang  memberi  segala  keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan).  Berhubung  dengan  kebaikan  itulah  maka  tugu  ini  didirikan oleh para Brahmana (buat peringatan). 
Prasasti Kutai III6 
Transkripsi:  
  sri-mulavarmmano rajnah     yad dattan tilla-parvvatam    sadipa-malaya sarddham    yupo „yam  likhitas tayoh 
Terjemahan: 
Tugu  ini  ditulis  buat  (peringatan)  dua  (perkara)  yang  telah  disedekahkan  oleh  Sang  Raja  Mulawarman,  yakni  segunung  minyak  (kental),  dengan  lampu  serta  malai bunga. 
6  Ibid., hal. 10.
Prasasti Kutai IV7 
Transkripsi:  
 srimato nrpamukhyasya    rajnah sri-mulawarmmanah    danam punyatame ksetre    yad dattam vaprakesvare  dvijatibhyo gnikalpebhyah.   vinsatir ggosahasrikam  tansya punyasya yupo „yam   krto viprair ihagataih. 
Terjemahan: 
Sang  Mulawarman,  raja  yang  mulia  dan  terkemuka,  telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para  brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah  yang suci (bernama) Waprakeswara. Buat (peringatan)  akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat  oleh para Brahmana yang datang ke tempat ini. 
7  Ibid., hal. 11.
Yang menarik perhatian adalah dari prasasti-prasasti Kutai secara tersirat  dapat disimpulkan bahwa: pertama, Sang Kundungga adalah nama asli pribumi  Indonesia  karena  dalam  kebudayaan  India  tidak  pernah  mengenal  nama  ini.  Kedua, yang lebih menarik adalah Sang Aswawarman dianggap sebagai pendiri  kerajaan  (=Vansakartta),  dan  bukan  Sang  Kundungga  yang  notabenenya  adalah  maharaja dan ayah dari Aswawarman.    Timbulah pertanyaan: apakah dalam kerajaan Kutai yang dianggap sebagai  pendiri kerajaan adalah mereka yang telah menggunakan kebudayaan India dalam  hal nama dan  agama? Apakah budaya  India dan agama Hindu mulai digunakan  pada masa Aswawaram? Jika demikian, maka Sang Kundungga adalah raja Kutai  yang  belum  tersentuh  nafas  kebudayaan  India  atau  mungkin  ia  tidak  menganut  agama Hindu karena setia pada ajaran kepercayaan lokal nenek moyangnya yaitu  animisme, dinamisme, atau totemisme.    Sangat  mungkin  bila  Aswawarman  beserta  keluarga  kerajaan  lainnya  melakukan  perjalanan  suci  ke  tanah  India  untuk  belajar  ilmu  agama  Hindu  dan  kembali  ke  Kutai  dengan  mengadakan  upacara  Vratyastoma8  dan  Aswawarman
8  Marwati  Djoened  Poesponegoro  dan  Nuhroho  Notosusanto,  Sejarah  Nasional  Indonesia,  II,  1993,  hal.  35.  Vratyastoma  adalah  upacara  keagamaan  dalam  agama  Hindu  untuk  menghindukan  seseorang.  Sangat  mungkin  bahwa  pendeta  yang  memimpin  upacara  tersebut  untuk  Aswawarman  dilakukan  oleh  pendeta  dari  India,  dan  ketika  pada  masa  Mulawarman  kemungkinan sekali upacara tersebut sudah dipimpin oleh pendeta Indonesia.   ditetapkan sebagai Ksatria (untuk waisya dan sudra terbentuk dengan sendirinya  sesudah dua yang pertama terbentuk). 
TARUMANEGARA 
Di  daerah  Jawa  Barat  ditemukan  bukti-bukti  peninggalan  kerajaan  tertua  lainnya yang bercorak Hindu. Berbeda dengan Kutai, pada beberapa prasasti yang  ditemukan  disebutkan  bahwa  kerajaan  tersebut  bernama  Tarumanegara.  Ada sekitar  7  buah  prsasti  yang  menunjukkan  keberadaan  kerajaan  Tarumanegara,  namun hanya beberapa saja diantaranya yang berhasil diterjemahkan yaitu :   

 PRASASTI TUGU 
  Transkripsi: 
  pura rajadhirajena guruna pinabahuna  khata khayatam
  purimprapya candrabagharnnavam yayau, 
  pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa 
  narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana 
  parabhya phalgune mase khata krsnatasmitithau 
  caitrasukla taryosdsyam dinais siddhaikavinsakaih 
  ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca 
  dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka 
  pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim 
  brahmanair ggo-sahasrena prayati krtdaksina. 
  Terjemahan: 
Dulu kali (yang bernama) –   Candrabhaga telah digali oleh  maharaja yang mulia dan mempunyai  tangan kencang dan kuat, (yakni raja  Purnnawarmman) buat  mengalirkannya ke laut, setelah (kali  ini) sampai di istana kerajaan yang  termashur. Di dalam tahun kedua- puluhnya dari takhta yang mulai raja  Purnnawarman yang berkilau-kilauan  karena kepandaian dan  kebijaksanaannya serta menjadi panji  segala raja, (maka sekarang) beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati  namanya, setelah sungai itu mengalir  di tengah-tengah tanah kediaman  yang mulia Sang Pendeta nenek-da  (Sang Purnnawarmman). Pekerjaan  ini dimulai pada hari yang baik,  tanggal 8 paro petang bulan Phalguna  dan disudahi pada hari tanggal 13  paro-terang bulan Caitra, jadi hanya  21saja, sedang galian itu panjangnya  6.122 tumbak. Selamatan baginya  dilakukan oleh para Brahmana  disertai 1.000 ekor sapi yang  dihadiahkan 
PRASASTI KOLEANGKAK / PASIR JAMBU / KEBON JAMBU 
  Transkripsi: 
Sriman-data krtajno narapatir-asamo yah pura/ta/r/u/maya/  M// namna sri-purnnawarmma pracura-ripusarabhedyavikhyatavarmmo  Tasyedam-padavimbadvayam-arinatgarotsadane nityadaksambhak-  Tanam yandripanam-bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam. 
Terjemahan:
Gagah, mengagumkan dan jujur  terhadap tugas-tugasnya adalah  pemimpin manusia yang tiada taranya- yang termashur sri Purnnawarmman- yang sekali waktu (memerintah) di  Taruma dan yang baju zirahnya yang  terkenal (= varmman) tidak dapat  ditembus senjata musuh. Ini adalah  sepasang tapak kakinya, yang senantiasa  berhasil menggempur kota-kota musuh,  hormat kepada para pangeran, tapi  merupakan duri dalam daging bagi  musuh-musuhnya. 
PRASASTI KEBON KOPI  
Transkripsi: 
 jayavisalasya tarume (ndra) sya ha (st) inah-(sira) vatabhasya   vibhatidam-padavayam. 
Terjemahan: 
Di sini tampak sepasang tapak  kaki…yang seperti Airwata,gajah penguasa Taruma (yang) 
agung dalam… dan (?)  kejayaan. 
PRASASTI CIDANGHIANG / LEBAK-BANTEN 
Transkripsi: 
 vikranto „yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah) naren -  draddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah. 
  Terjemahan: 
Inilah (tanda) keperwiraan,  keagungan dan keberanian yang  sesungguh-sungguhnya dari raja  dunia, yang mulia  Purnawarman, yang menjadi  panji sekalian raja. 
PRASASTI CIARUTEUN 
Transcription: 
 vikrantasyavanipateh   srimatah purnawarmanah    tarumanagarendrasya    visnor iva padadvayam 
Terjemahan: 
Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa Wishnu,  ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman,   raja di negeri Taruma,   raja yang gagah berani di dunia. 

 
KERAJAAN  SRIWIJAYA
ABAD VII 
-  Prasasti  Kedukan  Bukit  (Palembang)
,  berangka  tahun  604  S  (682  M),  berhuruf  Pallawa  dan  berbahasa  Melayu  Kuno.  Isi  tentang  :  Dapunta  Hyang  manalap  siddhayatra  dengan  perahu  pada  tanggal  11  paro  terang  (suklapaksa),  bulan  waisaka,  tahun  604  S;  Pada  tanggal  7  paro  terang bulan Jyestha Dapunta Hyang berangkat dari Minanga membawa tentara  dua laksa dan 200 peti  (kosa) perbekalan dengan perahu, serta 1312 orang  tentara  berjalan  di  darat,  datang  di  suatu  tempat    yang  bernama  ma....    ;  pada tanggal 5 paro terang, bulan Asadha dengan sukacita mereka datang  di  suatu  tempat  dan  membuat  kota  (wanua)  dan  kerajaan  Sriwijaya  memperoleh  kemenangan,  perjalanannya  berhasil  dan  seluruh  negeri  memperoleh kemakmuran.  
-  Prasasti  Talang  Tuo  (Palembang), 
berangka  tahun  606  S  (684  M),  berhuruf  Pallawa  dan  berbahasa  Melayu  Kuno.  Isi  tentang  :  pembuatan  kebun  Sriketra  atas  perintah  Dapunta  Hyang  Sri  Jayanaga,  untuk  kemakmuran  semua  makhluk.  Di  samping  itu  ada  juga  doa  dan  harapan  yang menunjukkan sifat agama Buddha. 
Prasasti Telaga Batu (Palembang),
 tidak bertarikh, berhuruf Pallawa dan  berbahasa Melayu Kuno. Isi tentang : kutukan-kutukan terhadap siapa saja  yang  melakukan  kejahatan  dan  tidak  taat  kepada  perintah  raja;  juga  memuat data-data bagi penyusunan ketatanegaraan Sriwijaya. 
-  Prasasti Kota Kapur (Pulau Bangka), berangka tahun 608 S (686 M). Isi  tentang  :  kutukan  kepada  mereka  yang  berbuat  jahat,  tidak  tunduk  dan  setia pada raja akan celaka. Keterangan yang terpenting adalah mengenai  usaha  Sriwijaya  untuk  menaklukkan  bhumi  Jawa  yang  tidak  tunduk  kepada Sriwijaya. 
-  Prasasti Karang Brahi (Jambi Hulu) 
-  Prasasti Palas Pasemah (Lampung Selatan) 
-  Fragmen (prasasti singkat) 


ABAD VIII 
-  Prasasti Ligor A (Muangthai)
, berangka tahun  775 M.  Isinya menyebut  tentang seorang raja Sriwijaya serta pembangunan trisamaya caitya untuk  Padmapani, Sakyamuni, dan Vajrapani. 
Prasasti  Ligor  B  (bagian  sisi  lain  dari  Ligor  A),
  tidak  berangka  tahun.  Isinya  menyebut  tentang  seorang  raja  bernama  Wisnu  dengan  gelar  Sarwarimadawimathana  atau  pembunuh  musuh-musuh  yang  sombong  tiada bersisa. (bandingkan  dengan prasasti Kelurak, 782 M). 
ABAD IX 
Prasasti  Nalanda   (India),
 tidak  berangka  tahun.  Dikeluarkan  oleh  raja  Dewapaladewa. Isinya tentang pendirian bangunan biara di Nalanda oleh  raja  Balaputradewa,  raja  Sriwijaya  yang  menganut  agama  Budha.  Selain  itu  disebutkan  juga  kakek  raja  Balaputradewa  yang  dikenal  sebagai  raja Jawa  dan  bergelar  Sailendrawamsatilaka,  Sri  Wirawairimathana  atau  permata keluarga Sailendra pembunuh musuh-musuh yang gagah perwira.  Ia  mempunyai  anak  bernama  Samaragrawira  yang  kawin  dengan  Tara,  anak  raja  Dharmasetu  dari  Somawangsa.  Disebutkan  juga  permintaan  kepada  raja  Dewapaladewa  untuk  memberikan  tanah-tanahnya  sebagai  sima untuk biara. (bandingkan dengan prasasti kelurak dan wantil 856 M)  
Abad X 
Kronik Dinasti Sung (Cina) : 
-  Tahun 960 M, raja Se-li Hu-ta-hsia-li-tan mengirim utusan ke Cina 
-  Tahun 962 M, She-li Wu-yeh mengirimkan utusan 
-  Tahun 971, 972, 974 dan 975 M, datang beberapa utusan ke Cina, tetapi  tidak menyebutkan nama rajanya. 
-  Tahun 980 dan 983 M, datang utusan dari raja Hsia-she 
-  Tahun 983 M, Fa-yu pendeta Cina ketika pulang dari India singgah di San- fo-tsi  dan  berjumpa  dengan  pendeta  India  Mi-mo-lo-she-li  (Vimalasri)  yang akan pergi ke Cina. 
-  Tahun 988 M, datang seorang utusan dari San-Fo-tsi di Cina, setelah dua  tahun tinggal di Cina, ia pergi ke Kanton dan mendengar bahwa negaranya  diserang She-po. Terpaksa ia tinggal setahun lagi di Cina. Pada tahun 992  M, ia berlayar kembali ke Campa, tetapi karena tidak ada kabar apa pun  tentang  negerinya,  ia  kembali  ke  Cina  dan  meminta  perlindungan  kaisar  Cina. 
ABAD XI  
-  Tahun  1003,  raja  San-fo-tsi,  Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tiau-hwa  (Sri  Cudamaniwarmadewa) mengirim utusan ke Cina, sampai dua kali. 
-  Tahun 1008, tiba utusan dari San-fo-tsi yang dikirim oleh raja Se-li-ma-la- pi (Sri Marawi). 
-  Tahun 1017, Ha-chi-su-wu-ch’a -p’u -mi mengirim utusan ke Cina 
-  Piagam Leiden (India), berangka tahun 1006 M. Prasasti ini dikeluarkan  oleh  raja  kerajaan  Cola  yang  bernama  Rajakesariwarman  yang  dikenal  dengan  Raja  raja  I.  Isinya  menyebutkan  bahwa  pada  tahun  1006  M,  Marawijayatunggawarman meresmikan wihara di India yang diberi nama Cudamaniwarmavihara  atas  ijin  dari  Rajakesariwarman,  raja-raja  I  dari  Cola. 
Prasasti  Tanjore  (India),
 berangka  tahun  1030,  dikeluarkan  oleh  raja  Cola  yang  bernama  Rajendracoladewa.  Disebutkan  bahwa  pada  tahun  1017 pasukannya menyerang kerajaan Swarnabhumi (Sumatera). Serangan  itu  diulang  kembali  pada  tahun  1025,  rajanya  yang  bernama  Sanggramawijayatunggawarman  berhasil  ditawan  oleh  pasukan  Cola,  tetapi akhirnya Sanggramawijaya dilepaskan. 
-  Tahun 1028, raja San-fo-tsi, Sridewa, mengirim utusannya ke Cina. 
-  Prasasti yang ditemukan di India, berangka tahun 1068, yang dikeluarkan  oleh  Wirarajendra,  menyebutkan  bahwa  tentara  Cola  menyerang  lagi  Suwarnabhumi.   
-  Tahun 1068, tiba utusan yang dipimpin oleh Ti-hwa-ka-lo, utusan ini tiba  lagi pada tahun 1073, 1075. 
-  Prasasti Kanton (Cina)
, berangka tahun 1079. Isinya bahwa raja Ti-hwa- ka-lo dari San-fo-tsi memberi bantuan untuk memugar sebuah kelenteng di  Kanton. 
ABAD XII 
-  Sumber  Cina  menyebutkan  pada  tahun  1156  raja  Srimaharaja  mengirim  utusan ke Cina , juga pada tahun 1178
Prasasti  Srilanka,  diperkirakan  abad  XII,  menyebutkan  bahwa  :  Suryanaraya  dari  wangsa  Malayupura  dinobatkan  sebagai  maharaja  di  Suwarnapura. Pangeran Suryanarayana menundukkan Manabhramana. 
Prasasti  Grahi,  berangka  tahun  1183  menyebutkan  nama  seorang  raja  Srimat  Trilokyaraja  Maulibhusanawarmadewa  memerintahkan  mahasenapati Jalanai yang memerintah Grahi untuk membuat arca Budha. 
ABAD XIII 
-  Buku  Chu-fan-chi  yang  ditulis  oleh  Chou  Ju  Kua  menyebutkan  bahwa  Chan-pi  yang  pada  mulanya  adalah  Mo-lo-yeu,  tidak  termasuk  dalam  daerah jajahan San-fo-tsi. 
-  Buku  Ling-wai-tai-ta,  menyebutkan  bahwa  pada  tahun  1079,  1082  dan  1088 Chan-pi mengirim utusan ke Cina atas kehendak sendiri. Mula-mula  Chan-pi ada di bawah kekuasaan San-fo-tsi, tetapi setelah berperang Chan- pi  mengangkat  seorang  raja  sendiri.  Sedangkan  Tan-ma-ling,  Ling-ya-si- kia,  fo-lo-an,  Lan-wu-li,  Sun-to  dan  Kien-pi,  walaupun  letaknya  berjauhan, termasuk daerah jajahan San-fo-tsi. 
-  Prasasti Chaiya (Candra Bhanu, Malaysia Barat),
 berangka tahun 1230.  Menyebutkan tentang : raja Tambralingga, Candra Bhanu, Sri Dharmaraja  menyamakan diri dengan raja Asoka, jasa-jasanya terhadap umat manusia  disamakan dengan bulan dan matahari. 
-  Prasasti  Amoghapasha  (Jambi),  berangka  tahun  1286.  Menyebutkan  bahwa raja Kertanegara telah menghadiahkan arca amogapasha pada raja  Suwarnabhumi yang bernama Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Raja dan  rakyatnya sangat gembira. 
ABAD XIV    
-  Tahun 1370, 1371 datang utusan dari San-fo-tsi  
-  Tahun 1373, 1374 datang utusan  raja Ma-na-ha-pau-lin-pang di Cina. 
-  Tahun 1376 raja Tan-ma-sa-na-hu meninggal dan digantikan oleh raja wu- li dan pada tahun itu san-fo-tsi telah ditundukkan oleh Jawa.
MATARAM 
 1.   Prasasti Tuk Mas 
2.   Prasasti Sojomerto (akhir abad 7) 
3.   Prasasti Canggal (732 M) 
4.   Prasasti Plumpungan 750 M 
5.   Prasasti Ligor B (775 M) 
6.   Prasasti Kalasan 778 M 
7.   Prasasti Kelurak 782 M 
8.   Prasasti Karang Tengah 824 M 
9.   Prasasti Gandasuli (832 M) 
10. Prasasti Sri Kahulunan (842 M) 
11. Prasasti Tulang Air (850 M) 
12. Prasasti Wantil, Ratu Boko (856 M) 
13. Prasasti Argopuro (863 M) 
14. Prasasti Wuatan Tija (880 M) 
15. Prasasti Mentyasih/ Kedu/ Balitung (907 M) 
16. Prasasti Wanua Tengah (908 M) 
 Prasasti Tuk Mas (Dakawu, Lereng gunung Merbabu) 
Ditulis dengan huruf Pallawa. Dilihat dari bentuk tulisan diperkirakan pada  abad VII dan lebih tua dari canggal Isinya  tentang  pujian  kepada  suatu  mata  air  yang  keluar  dari  gunung,  menjadi  sebuah  sungai  yang  mengalirkan  airnya  yang  dingin  dan  bersih  melalui pasir dan batu-batu bagaikan sungai gangga. 
 Prasasti Sojomerto (Tegal, Pekalongan) 
Huruf Pallawa, bahasa Melayu Kuno  Dari bentuk huruf diperkirakan pada akhir abad VII 
Menyebutkan  tentang  Dapunta  Salendra  yang  menyembah  Bhatara  Siwa,memuat  pula  silsilah  Dapunta  Salendra  yang  memiliki  orang  tua  Sentanu dan Bhadrawati, Dia menikah dengan Sampula.  Prasasti ini bersifat Siwa-Hindu 
 Prasasti Canggal (654 S/ 732 M) 
Bait 1  : pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung 
Bait 2-6  : Pujaan terhadap Dewa Siwa, dewa Brahma, dan Dewa  Wisnu 
Bait 7  :  Pulau  Jawa  yang  sangat  makmur,  kaya  akan  tambang  emas  dan  banyak  menghasilkan  padi.  Di  pulau  itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan  bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa 
Bait 8-9  :  Pulau  Jawa  yang  dahulu  diperintah  oleh  raja  Sanna,  yang  sangat  bijaksana,  adil  dalam  tindakannya,  perwira  dalam  peperangan,  bermurah  hati  kepada  rakyatnya.  Ketika  wafat  Negara  berkabung,  sedih  kehilangan  pelindung 
Bait 10-11  :  pengganti  raja  Sanna  yaitu  putranya  bernama  Sanjaya  yang  diibaratkan  dengan  matahari.  Kekuasaan  tidak  langsung  diserahkan  kepadanya  oleh  raja  Sanna  tetapi  melalui kakak perempuannya (Sannaha) 
 Bait 12  :  kesejahteraan,  keamanan,  dan  ketentraman  Negara.  Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan  pencuri  dan  penyamun  atau  akan  terjadinya  kejahatan  lainnya. Rakyat hidup serba senang. 
Prasasti Kalasan (700 S/ 778 M)  
Bersifat Budha, berhuruf Pallawa, berbahasa Sansekerta. 
Bait 2-3  :  Para  guru  raja  Syailendra  mohon  kepada  Maharaja  Tejah  Purnapanna  Panangkaran,  agar  beliau  membangun  candi  Tara,  lengkap  dengan  arcanya,  candinya dan perumahan untuk para pendeta  yang ahli  dalam pengetahuan Mahajana Winaya 
Bait 4-6  :  Para  pangkur,  tawan  dan  tirip  menerima  perintah  untuk  membangun  candi  Tara  dan  perumahan  para  pendeta. Candi itu didirikan di daerah makmur sang raja  yang  menjadi  hiasan  wangsa  Syailendra  dan  demi  kepentingan para guru dan raja Syailendra. Pada tahun  saka  700  pembangunan  candi  Tara  tempat  para  guru  melakukan persajian, selesai 
Bait 7-10  : Desa Kalasan dianugerahkan: para pangkur, tawan dan  tirip, adhyaksa dan para pembesar menjadi saksi. Tanah  anugerah sang raja harus dijaga baik-baik oleh para raja  keturunan  wangsa  Syailendra,  oleh  para  pangkur,  para  tawan,  para  tirip  dan  para  pembesar  yang  bijak  turun  temurun.  Raja  mengulangi  pesannya  kepada  para  raja  yang  memerintah  kemudian  supaya  candi  itu  dibina  demi kebahagiaan semua orang 
Bait 11-12  : Diharapkan agar berkat pembangunan biara itu semua  orang  memperoleh  pengetahuan  tentang  kelahiran,  memperoleh  tibavopapanna  dan  mengindahkan  ajaran  Jina.  Yang  Mulia  Kariyana  Panangkaran  sekali  lagi  mengulangi  pesannya  kepada  semua  raja  yang  akan  menyusul  untuk  membina  biara  itu  sesempurna- sempurnanya 
Prasasti Kelurak 782 M 
-  Pendirian  arca  Bhodisatwa  manjusri  ti  ratna  oleh  pendeta  Kumaragosha 
-  Yang  memerintah  adalah  Dharanindra  Sri  sanggramadhananjaya   yang menggunakan epiteton VAIRIVADAWIMATHANA 
 
 
Prasasti Karang Tengah 824 M 
-  Raja  Samaratungga  mempunyai  putri  tunggal  bernama  Pramodawardhani,  sang  putri  membangun  candi  Jinalaya  yang  sangat indah. Pada tahun Saka 746 sebuah arca Budha ditempatkan  dalam candi 
-  Penghadiahan ladang padi sebagai tanah perdikan oleh Rakarayan  Patapan Pu Palar 
 Prasasti Gandasuli, 832 M 
Pembangunan  candi  Sang  Hyang  Wintang  sebagai  candi  makam  Dang  Karayan Partapan Ratna Maheswara Sidhabusu Plar 
 Prasasti Sri Kahulunan, 842 M 
Peresmian  desa  Sri  Kahulunan  menjadi  tanah  perdikan  karena  penduduk  desa  tersebut  diwajibkan  memelihara  bangunan  suci  Kamulan  I  Bhumi  Sambhara 
 Prasasti Tulang Air, 850 M 
Pada tahun 772 S, Rakai Patapan Pu Manuku mendirikan perdikan di tulang 
air pada waktu yang menjadi raja Rakai Pikatan 
 Prasasti Wantil, Ratu Boko (856 M) 
1.  Seorang raja bernama Jatiningrat, pemeluk agama Siwa kawin dengan  seorang permaisuri pemeluk agama lain 
2.  Balaputra menimbun ratusan batu untuk dijadikan benteng pertahanan  dan bersembunyi dalam perang melawan Jatiningrat 
3.  Raja itu mendirikan keraton di Medang di daerah Mamrati, sesudah itu  mengundurkan diri sebagai raja, menyerahkan kekuasaan kepada Diah  Lokapala. 
 Prasasti Argopuro, 863 M 
Desa Wanua Tengah dijadikan desa perdikan oleh Rakai Pikatan Pu Manuku  pada waktu yang menjadi raja Rakai Kayuwangi Pu Lokapala 
Prasasti Wuatan Tija, 880 M 
Salah  seorang  permaisuri  bernama  Rakarayan  Manat  dan  anaknya  Diah  Bhumi  Jaya  diculik  oleh  saudara  laki-lakinya  yang  terkecil  yang  bernama Rakarayan  Landeyan.  Rakarayan  Manat  membunuh  diri  dengan  jalan  melemparkan  dirinya  ke  dalam  unggun  api.  Sedangkan  Diah  Bhumi  Jaya  menghilang  kea  rah  laut  tetapi  dibawa  kembali  ke  istana  oleh  kepala  desa  Wuatan Tija. 
Prasasti Mentyasih/ Kedu/ Balitung, 907 M 
Memuat silsilah urutan raja-raja : 
1.  Sang ratu Sanjaya, Rakai Mataram  
2.  Sri Maharaja Rakai Panangkaran  
3.  Sri Maharaja Rakai Panunggalan (Dharanindra) 
4.  Sri Maharaja Rakai Warak (Samaragrawira) 
5.  Sri Maharaja Rakai Garung (Samaratungga) 
6.  Sri Maharaja Rakai Pikatan 
7.  Sri Maharaja Rakai Kayuwangi 
8.  Sri Maharaja Rakai Watuhumalang 
Prasasti Wanua Tengah 
1.  Rahyang Ta I Hara 
2.  Rakai Panangkaran 
3.  Rakai Panaraban 
4.  Rakai Warak Diah Manara 
5.  Diah Gula 
6.  Rakai Garung 
7.  Rakai Pikatan Dyah Saladu 
8.  Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala 
9.  Rakai Gurunwangi Dyah Badra 
10. Rakai Wungkal Humalang Dyah Jebang 

 

 
STRUKTUR KERAJAAN MATARAM  
MENURUT CASPARIS 
(SANJAYA)            (SYAILENDRA) 
PANANGKARAN        
 BHANU 
PANUNGGALAN        
 WISNU 
WARAK           
INDRA 
 GARUNG 
 PIKATAN 
KAYUWANGI 
WATUHUMALANG 
 STRUKTUR KERAJAAN MATARAM  
MENURUT SLAMET MULYANA 
SANJAYA 
 PANANGKARAN 
 PANUNGGALAN 
WARAK 
GARUNG 
 PIKATAN
KAYUWANGI 
 WATUHUMALANG 

PRASASTI KARANG TENGAH 
MATARAM JAWA TIMUR 
DINASTI ISANA 
PRASASTI PUCANGAN/ KALKUTA (1040) 
SRI ISANATUNGGA/ PU SINDOK (929-947) 
 SRI ISANATUNGGAWIJAYA + SRI LOKAPALA
SRI MAKUTAWANGSAWARDHANA 
DHARMAWANGSA        
GUNAPRIADHARMAPATNI  +   UDAYANA  (MAHENDRADATA) 
  PUTRI  +      
 AIRLANGGA                   
MARAKATA                
ANAK WUNGSU 
1016  PRALAYA 
1019  AIRLANGGA DINOBATKAN 
1028  MENYERANG RAJA BHISMAPRABAWA   
1029   ADHAMAPANUDA 
 PERTEMPURAN WURATAN   
1030       KERAJAAN WENGKER 
1032       KERAJAAN WENGKER 
 RAJA WURAWARI  KERAJAAN  DIPIMPIN  WANITA  DI  SEBELAH  SELATAN 
1034   RAJA HASIN (Prasasti Waru) 
25/8 1035  KERAJAAN WENGKER (Wijaya Lolos) 
3/11 1035  WIJAYA DIBUNUH ANAK BUAHNYA 
1035   MEMBANGUN  ASRAMA  SRIWIJAYA  (Prasasti  Turun Hyang) 
1037  MEMBANGUN DAM DI WARINGIN PITU 
1041  MEMBANGUN PERTAPAAN DI PUCANGAN 
1042  MEMBAGI KERAJAAN : 1. JENGGALA  2. PANJALU 
PERMAISURI  +  AIRLANGGA        +       SELIR 
(PRASASTI CANE , 1021)                             
 (PRASASTI  TURUN HYANG B,1044 
 PRASASTI  MALENGA, 1052) 
  SAMARAWIJAYA          
 (PRASASTI PUCANGAN, 1041)         
(PRASASTI BANJARAN, 1052) 
 SAMAROTSAHA 
 PRASASTI SUMENGKA, 1059) 
 PANJALU / DAHA / KEDIRI                  JENGGALA 
 SUMBER : 
1. Cerita Calon Arang   (1530) 
2. Kitab Nagarakretagama   (1366) 
3. Prasasti Simpang  Joko Dolok / Mahaksobhya  (1289) 
PRASASTI TURUN HYANG B (1044) 
PEPERANGAN  ANTARA  MAPANJI  GARASAKAN  DAN  RAJA  PANJALU  YANG  PECAH  TAK  LAMA  SESUDAH  PEMBELAHAN  NEGARA.  OLEH  KARENA  PARA  PENGETUA  DESA  TURUN  HYANG  MENUNJUKKAN  KESETIAANNYA  KEPADA  MAPANJI  GARASAKAN  DALAM  PEPERANGAN  MELAWAN  MUSUH  MAKA  BELIAU  MEMBERI HADIAH TAMBAHAN KEPADA DESA TURUN HYANG. 
PRASASTI MALENGA  (1052) 
ANUGERAH TANAH KEPADA PARA PENGETUA DESA DI MALENGA  KARENA KESETIAANNYA KEPADA MAPANJI GARASAKAN DALAM  PERANG MELAWAN HAJI LINGGAJAYA. 

PRASASTI BANJARAN (1052) 
ANUGERAH  TANAH  PERDIKAN  KEPADA  PEMBESAR  BANJARAN  KARENA KESETIAANNYA KEPADA SANG PRABU ALANJUNG AYES  DALAM USAHA MEREBUT KEMBALI KERAJAAN JENGGALA YANG BERHASIL. 
PRASASTI SUMENGKA  (1059) 
ANUGERAH  DESA  PERDIKAN  SUMENGKA  KEPADA  PARA  PENGETUA  DESA  YANG  AKAN  MEMPERBAIKI  SALURAN  AIR  PENINGGALAN  RAJA  ERLANGGA    OLEH  SRI  MAHARAJA  RAKAI  HALU PU JURU SAMAROTSAHA KARNA KESANA RATNA SANGKHA  KIRTTISINGHA JAYANTAKA TUNGGADEWA   RAJA-RAJA KERAJAAN PANJALU  
SAMARAWIJAYA  (1042-1052 prasasti Malenga) 
prasasti Sirah Keting ) 
prasasti Pikatan,1130 prasasti Tangkilan) 
SRI JAYABHAYA  (1135  prasasti  Ngantang,  1157  Kakawin  Bharatayudha) 
SRI SARWESWARA   (1159  prasasti  Padelegan  II,1161  prasasti  Kahyunan) 
SRI ARYESWARA    (1171 prasasti Angin) 
 SRI GANDRA      (1181 prasasti jaring) 
KAMESWARA      (1185 prasasti Ceker)
SRENGGALANCANA  (1194  prasasti  Kamulan,  1205
( prasasti  Wates  menyebut Kertajaya) 
SILSILAH RAJA-RAJA KEDIRI 
 SRI JAYAWARSA DHIGJAYA SASTRAPRABHU 
Memerintah Kediri pada tahun 1016 S - 1037 S / 1094 M - 1115 M 
SANG KAMESWARA I
SRI MAHARAJA RAKE SIRIKAN SRI KAMESWARA SALAKABHUAWANA TUSTIKARANA  
SARWWANIWARYYAWIRYA PARAKRAMA DIGJAYOTUNGGADEWA 
Keturunan Prabhu Airlangga 
Memerintah Kediri pada tahun 1037 S - 1052 S / 1115 M - 1130 M 
SANG MAPANJI JAYABAYA SRI DHARMESWARA - 
 MADHUSUDANAWATARANINDRA SUHERTSINGHA 
Memerintah Kediri pada tahun 1052 S - 1082 S / 1130 M - 1060 M 
RAKE SIRIKAN SRI SARWWESWARA 
JANARDHANAWATARAWIJAYARAJA - 
SAMASINGHANADANIWARYYAWIRYYA-
PARAKRAMA  DIGJAYOTTUNGGADEWA 
Memerintah Kediri pada tahun 1082 S - 1093 S / 1160 M - 1171 M 
SANG RAKE HINO SRI ARYYESWARA MADHUSUDANAWATARARIYAYA -  
MUKARYYAWIRYYA PARAKRAMOTTUNGGADEWA 
Memerintah Kediri pada tahun 1093 S - 1103 S / 1171 M -1181 M 
SRI KONCARYYADIPA HANDABHUWANAPALAKA - 
PARAKRAMANINDITA DIGJAYOTTUNGGADEWA 
(SRI GHANDRA)  
Memerintah Kediri pada tahun 1103 S - 1107 S / 1181 M - 1185 M 
 SANG KAMESWARA II 
Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa  Memerintah Kediri pada tahun 1107 S - 1116 S / 1185 M - 1194 M 
  SRI SARWWESARA TRIWIKRAMAWATARANINDITA - 
 SRENGGALANCANA DIGWIJAYOTTUNGGADEWA 
Memerintah Kediri pada tahun 1116 S - 1122 S / 1194 M-1200 M 
 PRABHU DANGDANGGENDIS  
Prabhu Kertajaya (namanya yang lain) 
Memerintah Kediri pada tahun 1122 S - 1144 S / 1200 M - 1222 M 
(wafat dalam perang antara Kediri melawan Tumapel yang diperintah oleh Ken Arok,  
raja Kediri selanjutnya diangkat oleh raja Tumapel) 
 JAYASABHA 
Memerintah Kediri pada tahun 1144 S - 1180 S / 1222 M - 1258 M) 
SASTRAJAYA 
Memerintah pada tahun 1180 S - 1193 S / 1258 M-1271 M 
JAYAKATWANG 
Memerintah pada tahun 1193 S - 1215 S / 1271 M - 1293 M  
(Pada tahun 1214 S / 1292 M, Kediri mengalahkan Singhasari / Tumapel yang dipimpin oleh Kertanagara) 
SILSILAH RAJA-RAJA KEDIRI 
MENURUT PARATON DAN NAGARAKRETAGAMA 
KERTAJAYA (1194-1222 M) 
 JAYASABHA (1227-1258 M)
SASTRAJAYA (1258-1271 M) 
JAYAKATWANG (1271-1292 M) 
  CATATAN:  
 -  Kediri memiliki negeri bawahan yaitu Tumapel. 
-  Tumapel  memerdekakan  diri  dari  Kediri  pada  masa  Ken  Arok  dengan  mengalahkan Kertajaya. 
-  Pasca Kertajaya, Kediri menjadi negeri bawahan Tumapel 
-  Tumapel pada masa Kertanegara menjadi Singhasari 
-  Pada masa Jatakatwang Kediri memerdekakan diri dari Singhasari dengan  membunuh Kertanegara. 
 STRUKTUR KERAJAAN SINGASARI  MENURUT PARARATON DAN  NEGARAKERTAGAMA 
 KERTAJAYA 1194 –  1222 
JAYASABHA 1227 –  1258 
 RAJA RAJASA I ,  ANUSAPATI,TOHJAYA, 124
 SASTRAJAYA  1258 - 1271   
 WISNUWARDHANA,  1250 
JAYAKATWANG, 1271    
 KERTANEGARA,  1286  –   1292
SINGASARI 
KEDIRI 
JAYAKATWANG 1292 –  1292
SANGGRAMA WIJAYA,1293- 1309 
CATATAN:  
KEDIRI  SEBAGAI  NEGARA  TAKLUKAN  SINGASARI,  SEMUA 
RAJANYA  ADALAH KETURUNAN KERTAJAYA   SETELAH MEMUSNAHKAN KERTANEGARA PADA TAHUN 1292,  SINGASARI MENJADI BAWAHAN KEDIRI   SETELAH JAYAKATWANG MUSNAH PADA TAHUN 1293, KEDIRI  DAN  SINGASARI  MENJADI  BAWAHAN  MAJAPAHIT  DENGAN  RAJANYA YANG PERTAMA SANGGRAMA WIJAYA 
MAJAPAHIT
KITAB PARARATON
 KERTAJAYA          
 T. AMETUNG    +       KEN DEDES                  +           KEN AROK            +  KEN UMANG 
 ANUSAPATI   M. WONG ATELENG     
P.TOHJAYA 
PANJI SAPRANG       
P. SUDATU 
 AGNI BHAYA       
TUAN WREGOLA 
DEWI RIMBU 
DEWI RAMBI 
 RANGGAWUNI    MAHISA CAMPAKA 
KEDIRI 
SINGASARI  TUMAPEL
 KERTANEGARA    DYAH LEMBU TAL 
 R. WIJAYA   (Pendiri Majapahit)
SILSILAH RAJA-RAJA WILWATIKTA_/ MAJAPAHIT 
I.  RADEN WIJAYA   +  INDRESWARI 
(Prabhu Kertarajasa Jayawardhana) 
1215 S-1231 S / 1293 M-1309 M
II.  SANG KALAGEMET 
(Jayanagara) 
1231 S-1250 S / 1309 M-1328 M 
III.  SRI GITARJA        +     RADEN CAKRESWARA /  RADEN CAKRADHARA  
(Tribhuwanottunggadewi Wisnuwardhani)     (Raja Singhasari / Bhre Tumapel /  Prabhu Kertawardhana) 
(Rajarani Wilwatikta)             
Puteri Raden Wijaya dari Sri Rajapatni  1250 S-1272 S / 1328 M-1350 M  
 IV.  HAYAM WURUK                                                                                 +      
SUSUMNA DEWI     
(Bhatara Prabhu Rajasanagara)    Ratu  Ayu Kusumadewi 
1272 S-1311 S / 1350 M-1389 M   (Puteri  dari Bhre Wengker) 
 V.  WIKRAMAWARDHANA        +  KUSUMAWARDHANI 
1311 S-1351 S / 1389 M-1429 M 
SUHITA  KERTAWIJAYA 
 (naik tahta)   adik Suhita    (Bhre Tumapel) 
VI.  RANI SUHITA  1351 S-1369 S / 1429 M-1447 M     (menggantikan) 
VII.  PRABHU KERTAWIJAYA  (Prabhu Brawijaya)  1369 S-1373 S / 1447 M-1451 M 
 VIII.  BHRE PAMOTAN    (Prabhu Rajasanagara / Sang Sinagara)  1373 S-1375 S / 1451 M-1453 M 
( Masa Interregnum: 3 tahun  Wilwatikta tanpa raja)
IX.  BHRE WENGKER  (Hyang Purwawisesa)  1375 S-1385 S / 1453 M-1463 M 
X.  BHRE PANDANSALAS  1385 S-1387 S / 1463 M-1465 M 
XI.  PRABHU KERTABHUMI  1387 S-1397 S / 1465 M-1475 M 
 XII.  BHATARA PRABHU GIRINDRAWARDHANA  1397 S-1417 S / 1475 M-1495 M 
 XIII.  PRABHU UDARA  1417 S-1437 S / 1495 M-1515 M 
(Raja terakhir Wilwatikta)    
SILSILAH RAJA-RAJA PAJAJARAN 
 BABAD PAJAJARAN 
 RATU GALUH 
 SIUNG WANARA PAJAJARAN 
 SANG PRABU LUTUNG KASARUNG 
 SANG PRABU LINGGA HYANG 
 SANG PRABU LINGGA WESI 
 SANG PRABU SUSUK TUNGGAL 
 SANG PRABU MUNDINGKAWATI 
 SANG PRABU ANGGALARANG 
SANG PRABU SILIWANGI 
SANG PRABU GURUGANTANGAN 
BABAD GALUH 
 RATU PUSAKA MAHARAJA SAKTI 
 SANG PRABU CIUNG WANARA 
 NYAI PURBASARI: menikah dengan LUTUNG KASARUNG 
 SANG LINGGA HYANG 
 SANG LINGGA WESI 
 LINGGA WASTU 
 SANG PRABU SUSUK TUNGGAL 
 PARBU MUNDINGKAWATI 
 KI ANGGALARANG 
SILIWANGI
CARITA PARAHYANGAN  (tokoh dan kronologisnya perlu dikritisi) 
 SANG WRETIKANDAYUN / RAHYANGTANG di MENIR 
 RAHYANGTANG KULI-KULI 
 RAHYANGTANG SURAWULAN 
 RAHYANGTANG PELESAWI 
 RAHYANGTANG RAWUNGLANGIT 
 RAHYANGTANG MANDIMINYAK 
 SANG SENA 
 RAHYANG PURBASORA 
 RAKEAN JAMBRI / RAHYANG SANJAYA 
 RAHYANG TAMPARAN 
 RAHYANG BANGA 
 SANG MANARAH 
 SANG HALIWUNGAN / SANG SUSUK TUNGGAL 
 SANG HYANG HALU WESI 
 SRI BADUGA MAHARAJADIRAJA: RATU PAKUAN PAJAJARAN 
 RAHYANG BANGAN 
SANG RAKEAN DARMASIKSA 
 YANG HILANG di TANJUNG 
 YANG HILANG di KIKIS 
 YANG HILANG di KIDING 
 AKI KOLOT 
 PRABU MAHARAJA (Yang meninggal di Majapahit) 
 PRABU NISKALA WASTU KANCANA (yang meninggal di Nusa Larang) 
 TOHAAN di GALUH 
 PRABU SANG JAYADEWATA 
 PRABU SURAWISESA 
 PRABU RATU DEWATA
TOHAAN SARENDET 
 TOHAAN RATU SANGHYANG 
 SANG RATU SAKTI 
 SANG MANGABATA di TASIK 
 TOHAAN di MAJAYA 
33.   NUSIYA MULYA: sampai datangnya Islam di Jawa Barat. 
D.  RAJA-RAJA SUNDA YANG MEMERINTAH DAN RAJA- RAJA PAJAJARAN SAMPAI MASA KERUNTUHANNYA  SEJAK TAHUN 1357-1579 
1.   PRABU MAHARAJA        (1350 - 1357 M) 
2.   HYANG BUNISORA        (1357 - 1363 M) 
3.   PRABU NISKALA WASTUKENCANA  (1363 - 1467 M) 
4.   RAHYANG DEWANISKALA    (1467 - 1417 M) 
5.   SRI BADUGA MAHARAJA      (1474 - 1513 M) 
6.   PRABU SURAWISESA      (1513 - 1527 M) 
7.   PRABU RATU DEWATA      (1527 - 1535 M) 
8.   SANG RATU SAKTI        (1535 - 1543 M) 
9.   PRABU RATU CARITA      (1543 - 1559 M) 
10.   NU SIYA MULYA / PRABU SEDA (1559 - 1579 M) 
 PRASASTI BATUTULIS 
 Prasasti Batutulis ditemukan di Desa Batutulis di pinggir kota Bogor,  menerangkan adanya sebuah kerajaan yang bernama Pajajaran. Prasasti ini  memuat angka tahun dalam bentuk candrasangkala. 
  Transkripsi: 
1.  “… pun. ini sakakala prebu ratu purana pun. diwastu.  
2.  diva wingaran ( 1. dingaran) prebu guru dewataprana diwastu  dijadingaran sri 
3.  baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran. sri sang ratu de-  
4.  wata pun ya nu nyusuk na pakwan, dija anak rahiyang ni- 
5.  kala sasida mokta di guna tiga. i (n) cu rahiyang niskala wastu 
6.  ka (n) cana sasida mokta ka nusa lara (ng) ya siya nu nyiyan sakaka- 
7.  la gugunungan ngabalay nyiyan samida nyiyan sa (ng) hiyang talaga 
8.  rena mahawijaya. ya siya pun. i saka panca pandawa…ban bumi.  
Tafsiran dari para ahli: 
A. Dari segi Candrasangkala: ”panca pandawa…ban bhumi.”   Poerbatjaraka membaca bagian yang kosong menjadi ngeban atau  nge(m)ban = 1225 S / 1333 M  C.M. Pleyte membacanya dengan e(m)ban = 1455 S / 1533 M 
B. Isi Prasasti: 
Menurut Poerbatjaraka, prasasti ini ditulis untuk memperingati  pendirian Kerajaan Pajajaran. Namun pendapat baru menafsirkan  bahwa prasasti ini merupakan tanda ritual karena prasasti ini dibuat

No comments:

Post a Comment